TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Burung-burung di Jakarta kini tak bisa terbang jauh. Mereka terisolir dalam jumlah-jumlah kecil di beberapa wilayah di Jakarta. Penyebabnya koridor burung tak terbentuk di Jakarta.
Tak terbentuknya koridor burung membuat burung-burung di Jakarta tak bisa menjelajah seluruh sudut kota. Burung tak bisa menjelajah karena sudah banyak bangunan di Jakarta. Itu tak akan jadi masalah apabila ada koridor burung.
Koridor burung ini adalah lokasi taman atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) rimbun yang jaraknya berdekatan. Atau minimal masih bisa terlihat saat burung terbang. Perlu koridor burung karena burung tak akan berani menjelajah apabila tak dapat memandang sekumpulan pohon rimbun dari jangkauan matanya.
Sebab saat menjelajah burung tak bisa terbang terus. Mereka perlu tempat hinggap untuk istirahat. Begitu tak melihat ada pepohonan rimbun, burung akan terbang di sekitar lokasi pohon rimbun saja. National Biodiversity Koordinator Flora Fauna Internasional (FFI), Ady Kristanto sudah mengamati persoalan ini bertahun-tahun.
Dia sudah tiga kali mengamati itu. Pertama saat menulis skripsi tahun 2004 - 2005. Kemudian ketika bergabung di Jakarta Green Monster tahun 2010 - 2013. Terakhir saat Ady sudah masuk menjadi koordinator di FFI. Ady mengatakan, Jalur jalan kota atau pohon-pohon yang ada disepanjang jalan tak bisa jadi koridor burung.
Dari 129 jenis burung di Jakarta, cuma lima jenis yang mau memanfaatkan pohon-pohon di pinggir jalan besar untuk hinggap. Sebab kondisinya terlalu bising. Lima jenis Burung itu antara lain Tekukur, Kutilang, Punai Gading, Burung Gereja Erasia, dan Bondol Jawa (Emprit). Makanya kelima burung itu hampir bisa ditemui di segala sudut Jakarta. "Lima jenis burung itu sangat adapatif soalnya," kata Ady.
Sisa 125 burung lainnya Terlalu takut hinggap di pohon pinggir jalan apalagi kabel listrik. Makanya tak bisa menjelajah dan jadi terisolir bersama kelompoknya di wilayah masing-masing. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)