Laporan Wartawan Nurmulia Rekso Purnomo
Semburat wajah anak-anak Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, yang semringah seketika hirap. Pun pikiran warga tentang lezatnya ayam bakar dan gelegar petasan di malam pergantian tahun itu, Selasa (31/12/2013), langsung lucut.
DERAP sepasukan polisi Detasmen 88 Anti-teror yang datang secara tiba-tiba, menandai akhir keceriaan warga tersebut. Suasana malam temaram kampung segera berganti mencekam, dan drama perburuan polisi terhadap enam terduga teroris pun dimulai.
Selasa sore, warga Kampung Sawah tengah sibuk di balai Partai Gerindra untuk menyiapkan acara "bakar ayam" sembari nonton bareng di sebuah lapangan, untuk merayakan pergantian tahun 2013-2014.
Acara itu, persis diadakan di sebidang lahan depan rumah kontrakan milik Haji Zainab, RT 04 RW 07 Kampung Sawah.
Tempat tersebut terbilang cocok untuk berpesta. Pepohonan masih rimbun. Ke arah barat, warga bisa melihat lembah yang terdapat empang dan sawah. Plus terdapat jalan setapak yang memotong lembah tersebut.
"Sampai menjelang azan salat Isya, kami masih berkumpul di depan kontrakan itu. Sri dan suaminya bernama Irwan, yang kjuga anak Hajki Zainab, bergabung bersama kami. Tapi setelah itu mulai kencekam, karena penggerebekan teroris," tutur Jefri, warga setempat, Rabu (1/1/2014).
Jefri menuturkan, ia sempat meminta Irwan membeli sejumlah kebutuhan untuk pesta tahun baru ke toko listrik di Jalan Ki Hadjar Dewantara, yang letaknya lumayan jauh.
Kala itu, kebetulan, seorang penghuni kontrakan yang ia kenal bernama Dayat hendak keluar dengan mengendarai sepeda motor.
"Saya tanya dia mau kemana, dan Dayat mengaku mau membeli makan. Saya suruh Irwan menumpang sepeda motor Dayat. Mereka berdua akhirnya pergi. Tapi saya tak tahu, ternyata Dayat adalah ketua teroris dan tertembak mati saat pergi itu," tuturnya.
Tak berselang lama setelah kepergian Irwan dan Dayat, ada sejumlah orang tak dikenal mendekati kerumuman tempat Jefri dan warga lain menyiapkan pesta.
"Ada laki-laki yang dari tadi duduk-duduk, tahu-tahu mendatangi kami. Dia mengaku sebagai polisi, dan meminta kami mengungsi karena akan ada operasi penyergapan teroris," tuturnya.
Jefri menuturkan, sejak mereka berkumpul di depan rumah kontrakan Zainab, memang ada sejumlah laki-laki asing berada di sekitar. "Saya tahu mereka bukan warga. Tapi kami tak ambil pusing, karena di dekat lapangan memang ada empang pemancingan umum," tukasnya.
Tak hanya pria tersebut, sejumlah laki-laki lainnya yang sudah cukup lama berada di tempat itu juga melakukan hal yang sama ke warga lainnya.
Semua rumah di wilayah itu mereka sambangi, terkecuali rumah yang sudah sejak sekitar delapan bulan terakhir ditinggali oleh Dayat.
Belakangan ia ketahui Polisi memang tengah memburu Dayat dan teman-temannya karena diduga terlibat aksi terorisme.
Saat Jefri hendak pergi bersama warga yang lain, ia sempat melihat rombongan petugas Densus 88 yang mengenakan pelindung lengkap, berikut senjata laras panjangnya, datang dari arah lembah. Mereka lalu berpencar di sejumlah sisi, mengepung wilayah itu.
Dalam perjalanannya meninggalkan tempat itu, ia masih bisa mendengar suara Kapolsek Ciputat, Komisaris Burhanudin dari arah timur dengan menggunakan pengeras suara: "kalian sudah terkepung, menyerahlah!"
Setelahnya, Jefri hanya mendengar samar-samar serentetan letusan senjata api.
***
Rabu siang, Jefri terbangun dari tidurnya yang tak lelap. Ia terkesiap, stasiun televisi ramai memberitakan enam terduga teroris tewas di Kampung Sawah Lama, Ciputat, Tangerang Selatan.
Salah satunya Dayat, yang sempat bersamuh dengannya, Selasa sore.
Jefri lantas bergegas, bersama warga menyambai bekas medan pertempuran semalam.
"Tahun baru ini kami 'dihibur' pakai suara letusan senjata api, bukan lagi petasan." tuturnya secara satire.