TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Transportasi Kota Jakarta menggelar pertemuan dengan perwakilan Perusahaan Otobus (PO) dan pedagang Terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Lebak Bulus, terkait rencana pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menutup terminal AKAP.
Dalam pertemuan tersebut, karyawan PO dan pedagang yang menolak penutupan itu menyampaikan keluhannya kepada anggota-anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ). Salah satu peserta pertemuan yang menyampaikan keluhannya adalah Suryadi, yang merupakan karyawan PO Luragung Jaya.
Dalam pertemuan tersebut Suryadi mengakui bahwa warga terminal sudah tiga kali diajak bertemu dengan Pemerintah Provinsi terkait rencana penertiban. Dalam pertemuan pertama disampaikan bahwa terminal bus AKAP Lebak Bulus tidak akan sepenuhnya ditutup, karena akan disediakan tempat sedikit agar bus-bus AKAP masih bisa menaikan dan menurunkan penumpang.
"Sosialisasi ke dua dan ketiga ternyata akan ada penutupan," ujarnya.
Ia mengatakan selama sekitar 25 tahun terminal itu dibangun, warga terminal dapat menjaga kenyamanan penumpang. Bahkan kata dia tak sekalipun sempat terjadi kerusuhan di terminal tersebut. Ia menganggap tidak adil bila terminal harus ditutup.
"Oleh karena itu saya mohon bantuan bapak-bapak ini untuk membantu," ujarnya.
Ari dari PO Pahala Kencana dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa solusi pemerintah untuk memindahkan karyawan dan bus ke sejumlah terminal seperti ke terminal Kampung Rambutan di Jakarta Timur maupun terminal Kalideres di Jakarta Barat, kata Ari bukanlah solusi.
Ia menuturkan di terminal Lebak Bulus ada sekitar 40 karyawan PO Pahala Kencana. Di terminal Pulogadung pun jumlah karyawan PO Pahala Kencana sama. Ia khawatir bila bus dan karyawan dipindah ke terminal tersebut, maka akan terjadi persaingan yang tidak sehat dengan karyawan-karyawan yang sudah berpuluh tahun bekerja di terminal Pulogadung. Hal serupa pun bisa terjadi di terminal lainnya.
"Kita (PO Pahala Kencana) sudah punya perwakilan di masing-masing terminal. Bisa bunuh-bunuhan mungkin nanti," ujarnya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan, diakhir pertemuan itu menyimpulkan bahwa warga terminal dapat dikatakan setuju pembangunan terminal Mass Rapid Transit (MRT) di lahan yang sekarang masih dioperasikan sebagai Terminal Bus AKAP Lebak Bulus. Namun demikian pemerintah harus memberi solusi dengan mencarikan lokasi lain untuk dijadikan terminal, maupun mengizinkan bus-bus untuk menaikan dan menurunkan penumpang.
"Jadi loket-loket tetap ada, tapi bus-bus cuma lewat saja, menaikan dan menurunkan penumpang. Ini kan gampang sebenarnya," katanya.