TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Psikolog anak Seto Mulyadi menyatakan, lokasi pengungsian harus ramah anak. Pasalnya, mereka menghadapai beban yang tidak ringan.
"Kondisi anak di posko pengungsian sudah sangat terluka. Bukan hanya tak bisa bersekolah karena buku dan seragam mereka hanyut, tapi juga menghadapi orang tua yang tertekan karena bencana banjir ini," kata Seto Mulyadi di lokasi pengungsian posko pengungsian ACT di Kampus Binawan, Kalibata, Jakarta Timur, Minggu (2/2/2014).
Anak-anak sangat rentan mengalami trauma atau stress pasca bencana. Bila gejala psikologis ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan dapat mengganggu kejiwaan anak-anak. "Namun, masalah ini masih dapat disembuhkan karena anak-anak lebih mudah dipengaruhi,"katanya.
Menurut pria yang akrab dipanggil Kak Seto ini, , ada anak yang bisa sembuh dengan pendekatan personal, ada juga dengan pendekatan kelompok. Untuk itu, posko pengungsian haruslah ramah anak. Sehingga, anak-anak tidak merasa sendiri dan mempunyai waktu bermain yang cukup.
"Posko pengungsian ramah anak atau shelter ramah anak diharapkan dapat mengembalikan keceriaan anak-anak pengungsian," katanya.
Program seperti trauma healing di posko pengungsian, kata dia, sedikit banyak dapat membantu anak-anak agar keluar dari kejenuhan yang dialami selama bencana. Salah satu caranya adalah dengan bercerita atau mendongeng.
"Saya harap anak-anak harus mendapat makanan yang sehat dan mendengar hiburan dari para pendongeng misalnya. Hal ini dilakukan agar kesedihan mereka cepat terobati," katanya. (Eko Sutriyanto)