News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penemuan Mayat di Jalan Tol

Psikolog: Pembunuhan Ade Sara Menandakan Pergeseran Nilai Moral

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana haru dan tangis mewarnai pemakaman Ade Sara Angelina Suroto (19), mahasiswi Universitas Bina Mulya, yang jasadnya dibuang di pinggir Tol Bintara Km 41 Bekasi Barat, Kota Bekasi, Rabu (5/3/2014) pagi.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembunuhan berencana yang dilakukan Ahmad Imam Al Hafitd alias Hafiz (19) dan kekasih barunya Assifa (18) terhadap mantan kekasih Hafitd, Ade Sara Angelina (18) merupakan tindakan yang cukup kejam. Siapapun akan terbelalak dengan apa yang dilakukan pasangan kekasih ini.

Peristiwa ini secara umum menandakan adanya pergeseran nilai moral dan nilai etika di tengah masyarakat yang terjadi dalam 10 tahun terakhir.

Akibatnya, banyak masyarakat, termasuk generasi muda, yang sudah kehilangan kemampuannya untuk me-manage dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya dengan baik dan dengan cara yang benar.

Hal itu dikatakan Psikolog Klinis dan Forensik, Kasandra Putranto, Jumat, kepada Warta Kota (Tribunnews.com Network).

"Sehingga mereka justru cenderung menyelesaikan masalah yang ada, dengan mengambil jalan pintas yakni melenyapkan siapapun atau apapun yang dianggap menjadi sumber masalahnya," katanya.

Bahkan, tambah Kasandra, cara-cara kekerasan dianggap menjadi trend yang biasa, dan dianggap cara terbaik dan termudah demi terselesaikannya masalah mereka.

"Padahal itu semua sebenarnya bukan menyelesaikan masalah dan bahkan menambah masalah serta merugikan orang lain dan keluarga," kata dia.

Kasandra menjelaskan pergeseran nilai moral dan etika yang berujung hilangnya kemampuan seseorang dalam me-manage dan menyelesaikan masalah ini, penyebabnya bermacam-macam. Pada setiap orang, penyebab dan pengaruhnya berbeda-beda.

"Untuk kasus Hafitd ini, sebagai psikolog saya harus memeriksa kedua pelaku untuk dapat menganalisa dan memastikan apakah mereka terindikasi memiliki gangguan atau tidak. Karenanya saya tidak bisa menganalisa sembarangan dengan hanya bermodal informasi dari pemberitaan atau pernyataan pihak berwenang," ujarnya.

Sebab, katanya, faktor yang mempengaruhi hilangnya kemampuan menyelesaikan masalah secara wajar, ke setiap orang akan berbeda-beda.

Namun secara umum, Kasandra mengatakan jika dibandingkan dengan 10 sampai 30 tahun lalu, maka saat ini semua saluran informasi lebih terbuka lebar, apalagi dengan adanya internet. Pengaruh media massa sangat mungkin ikut berperan besar pada hilangnya kemampuan menyelesaikan masalah di diri setiap orang.

Selain itu, bisa saja saluran informasi yang terbuka lebar memberikan trend bahwa menyelesaikan masalah dengan cepat adalah cenderung mengambil jalan pintas dengan kekerasan.

"Jika ada orang yang memandang bahwa faktor ekonomi yang makin sulit ikut berperan dalam hilangnya kemampuan seseorang menyelesaikan masalah, saya merasa hal itu kurang tepat. Sebab dulu, dengan faktor ekonomi yang lebih sulit dibanding saat ini, masyarakat dan setiap orang tidak terlalu se-ekstrim sekarang ini dalam menyelesaikan masalah mereka," papar dia.

Karenanya, kata Kasandra, secara umum, masyarakat harus mau kembali memegang nilai moral dan nilai etika yang lama dimana di sana menjadi kunci agar pergeseran nilainya ke depan tidak semakin jauh.

"Kalau kita menilik ke 30 tahun lalu, maka tidak akan ada atau jarang sekali ada pembunuh berusia 20 tahunan atau remaja. Tapi sekarang, pembunuh berusia muda tercatat cukup banyak, bahkan ada anak 8 atau 10 tahun yang membunuh rekannya," katanya.

Ini, menurut Kasandra, menandakan nilai-nilai moral dan etika yang dipupuk keluarga, lingkungan dan masyarakat tidak lagi seperti dulu karena bergeser ke arah yang memprihatinkan.

Pergeseran nilai ini juga bisa dilihat dimana seks bagi anak muda dan masyarakat banyak sekarang ini, bukan lagi hal yang tabu dan memalukan. Seks bahkan kerap dipertontonkan dimanapun di ruang publik, yang jika menilik 10 atau 30 tahun lalu sangat tidak mungkin.

"Untuk itu, benteng agar peristiwa ini tidak lagi terjadi, maka kita semua mesti sepakat kembali ke nilai-nilai moral dan etika yang lama dan luhur sesuai ajaran agama kita dan masyarakat tidak lagi permissif dengan nilai-nilai moral dan etika yang buruk," ujarnya.

Dari sana, menurut Kasandra, akan dapat tumbuh dalam setiap pribadi dan generasi muda kita kemampuan yang mumpuni dalam menyelesaikan setiap masalah baik yang timbul, dalam hubungan pribadi, hubungan antara sesama dan teman, juga hubungan didalam masyarakat dan keluarga.(bum)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini