TRIBUNNEWS.COM -- Masa pemilihan umum 2014 menjadi berkah bagi para pelaku usaha sablon dan jahit kaus, spanduk, stiker dan berbagai atribut kampanye lainnya. Tidak hanya para pelaku usaha besar di bidang ini saja yang bungah mengais banyak keuntungan, para pelaku usaha sablon yang terbilang baru juga berusaha memanfaatkan sikap jor-joran para calon legislatif dalam menganggarkan dana pembuatan kaos dan atribut kampanye.
Bahkan, para pemain usaha rumahan juga bersaing ketat untuk mendapatkan order pembuatan kaos, kartu nama, bendera dan atribut lainnya. Seperti yang tampak di kawasan Jembatan Besi dan Kalianyar, Kecamatan Tambora. Di kawasan sentra konveksi ini, kesibukan meningkat.
Jalan-jalan dipenuhi dengan para pengangkut kain atau bahan kaos dan atribut partai dengan menggunakan gerobak dorong. Kain yang sudah dalam bentuk potongan itu biasanya dibawa dari tempat usaha pemotongan kain atau usaha sablon ke usaha konveksi lain.
Jadi, memang saling mengisi antara pengusaha sablon, potong kain dan konveksi. Supio (42), pemilik usaha konveksi di Jalan Persima II, Kalianyar, Jakarta Barat mengaku order jahit kaos partai dari para calon anggota legislatif sudah berdatangan sejak beberapa bulan lalu atau sebelum masa kampanye dimulai. Jumah order beragam, dari beberapa lusin hingga ratusan lusin untuk satu caleg.
"Bulan Januari sudah mulai datang para broker ke sini. Mereka biasanya membawa potongan kain yang sudah disablon, karena di tempat saya hanya menerima jasa jahit kaos saja," kata pria asli Semarang ditemui di sela-sela aktivitasnya, Jumat (21/3).
Menurut Supio, keberlangsungan usahanya memang tergantung dengan para broker tadi. Meskipun kadangkala, sang broker menekan harga semurah mungkin. Bahkan, tidak sedikit broker yang terlambat membayar uang jasa.
"Bahkan pada masa pemilu 2009 lalu saya rugi kira-kira Rp20 juta akibat tidak dibayar. Brokernya bilang, uang dari calegnya juga mandeg. Ya, apa boleh buat," katanya.
Meskipun tak sedikit yang merasa tertipu, namun kebanyakan pengusaha sablon rata-rata mengaku meraup keuntungan yang berlipat ganda. Seperti halnya Supio, dalam sehari pada musim pemilu ia mampu mengerjakan order 3000 kaos partai. Di hari-hari biasa, order yang dia terima tidak sampai setengahnya.
"Untuk satu lusin, biaya yang kita kenakan Rp9-Rp10 ribu selama masa kampanye ini. Kalau hari normal, Rp7-8 ribu. Semakin dia minta cepet, ongkos jasanya semakin tinggi," kata pria yang sudah menekuni usaha ini sejak lima tahun terakhir.
Itu saja, kata dia, belum semua order dapat ia selesaikan karena terbatasnya tenaga kerja. "Jadi 3000 kaos itu yang bisa kita selesaikan. Kalau jumlah order bisa dua kali lipat dari itu. Cuma ya itu, nyari penjahitnya sekarang susah," ujar Supio.
Jumlah pegawai yang dimiliki Supio saat ini, enam orang.
Yanto (43), pemilik usaha sablon dan percetakan Tunas Prima Label mengaku ikut ketiban berkah pada moment pemilu kali ini. Yanto yang baru memulai usaha setahun lalu, sudah mendapatkan order puluhan ribu kaos dan stiker untuk keperluan kampanye caleg dari berbagai partai politik.
"Ya alhamdulillah ada saja pesanan (dari caleg). Sebagai pemain baru, jumlah pesanan yang saya dapatkan ya tergolong besar," katanya ditemui di tempat usahanya, di Jalan Semeru Raya RT01/10 Kelurahan Grogol, Jakarta Barat.
Tetapi, karena keterbatasan alat dan tenaga kerja, dalam sehari Yanto baru bisa memproduksi 1000 kaos. "Penginnya sih lebih banyak, tapi tenaga saya terbatas," katanya.
Biaya untuk jahit satu kaos dengan sablon foto serta lambang caleg, dikenai Rp6000. Jadi, untuk order kaos saja, omset yang diperoleh Yanto perbulan mencapai Rp180 juta. Angka itu belum termasuk omset yang diperolehnya dari pencetakan kartu nama dan stiker. "Lumayan, naik sekitar 15 persen dari omset hari biasa," katanya. (Feryanto Hadi)