Laporan Wartawan Wartakota, Budi Sam Law Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya menggelar rekonstruksi kasus penembakan Kepala Detasemen Pelayanan Markas AKBP Pamudji oleh Brigadir Susanto di ruang piket Yanma Polda Metro Jaya, Selasa (1/4/2014) sore.
Sedikitnya ada 15 adegan yang diperagakan tersangka Brigadir Susanto dan para saksi.
Dalam rekonstruksi itu Brigadir Susanto dan para saksi dihadirkan oleh penyidik. Sementara korban diperagakan oleh polisi lainnya yakni Ipda Made anggota Yanma Polda Metro Jaya.
Dari rekonstruksi diketahui Pamudji dihabisi Susanto tepat di depan pintu masuk di ruang piket Yanma dibagian luar. Ini berarti siapapun yang melintas di depan ruang piket Yanma malam itu akan dapat melihat jenasah Pamudji yang bersimbah darah dengan luka tembak di kepalanya.
Panit Subdit Jatanras Polda Metro Jaya, AKP Arsya Kadafi kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, menyatakan sedikitnya ada 15 adegan dalam rekonstruksi tersebut. "Ada 15 adegan yang diperagakan oleh tersangka dan saksi," ujar Arsya, Selasa sore.
Ia menjelaskan rekontruski yang diperagakan oleh tersangka dan saksi sesuai dengan apa yang tertuang pada berita acara pemeriksaan (BAP). "Adegan sesuai dengan BAP. Dalam Prosesnya ada 15 adegan yang peragakan," katanya.
Menurut Arysa, hasil rekontrusi akan melengkapi berkas perkara dan selanjutnya berkas akan dilemparkan ke pihak kejaksaan. "Isi BAP sudah direkonstruksi dan sudah tergambar secara visual," katanya.
Ia mengatakan Pasal yang dikenakan kepada tersangka Brigadir Susanto adalah Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, dengan ancaman hukuman penjara 15 tahun.
Menurutnya kondisi Brigadir Susanto saat ini sudah stabil dan memberikan keterangan kepenyidik secara jelas. "Sehingga tersangka pada saat pemeriksaan dan rekonstruski bisa menjelaskan semua dengan baik," katanya.
Dalam rekonstruksi itu tergambar jelas bahwa Brigadir Susanto melakukan penembakan terhadap AKBP Pamudji tepat di depan ruang piket Yanma.
Seperti diketahui Brigadir Susanto awalnya membantah bahwa ia telah menembak atasannya, AKBP Pamudji. Namun, dari hasil keterangan saksi-saksi dan juga hasil uji laboratorium forensik, semua dugaan pelaku mengarah kepada lulusan Tamtama tahun 1995 itu.
Selain itu dalam rekonstruksi saksi berinial SHN menyaksikan Brigadir Susanto mengelap tangannya dengan tangannya sendiri usai menembak Pamudji.
SHN saat itu melintas di depan Piket Yanma usai menembak Pamudji.
Ia hanya memandang Susanto tanpa kecurigaan yang berdiri di depan ruang Piket Yanma. SHN juga berpapasan dengan saksi Aiptu D, komandan regu Yanma, yang juga berlari kembali ke ruang Piket Yanma begitu mendengar suara tembakan.
Sebelum penembakan terjadi, Aiptu D berada di ruang Piket Yanma saat itu. Ia juga sempat melihat saat Pamudji menegur Susanto karena tidak mengenakan seragam dinas.
Setelah mendengar bunyi letusan tembakan sebanyak 2 kali, Aiptu D kembali mendatangi ruang Piket Yanma. Ia saat itu melongok ke arah dalam ruang piket yang dibatasi pintu dan jendela berkaca.
Selain dalam rekonstruksi juga terungkap usai menembak Pamudji Susanto berlari sambil berteriak bahwa Pamudji bunuh diri.
Sambil berteriak itu, Susanto menghampiri anggota Provost Iptu AMD yang tengah berjalan menuju ke gedung Piket Yanma. Jarak antara Piket Yanma dengan gedung Provost hanya sekitar 30 meter.
Setelah menghampiri anggota Provost Polda Metro Jaya itu, Susanto mengatakan "Kayanma bunuh diri". Mendengar hal itu, AMD pun langsung mengamankan Susanto dan membawanya kembali ke ruang Piket Yanma.
Di sana Pamudji ditemukan tewas bersimbah darah, tepat di depan pintu masuk Ruang Piket Yanma. Darah Pamudji bersimbah di ruangan di dekat pintu tersebut.
Hal lain yang terungkap dalam rekonstruksi adalah Brigadir Susanto sempat menyapa dan memberikan penghormatan kepada Pamudji saat bertemu malam itu. Susanto menyapa dengan kata-kata "Selamat malam komandan,". Saat itu Pamudji tengah memeriksa ruang piket Yanma.
Pamudji diperankan oleh Ipda Made anggota Yanma Polda Metro Jaya.
Usai memberi salam, Susanto ditegur oleh Pamudji karena tidak mengenakan seragam dinas lengkapnya.
Pamudji juga mengambil senjata revolver milik Susanto dan menyuruh Pamudji mengenakan seragam dinasnya secara lengkap untuk bertugas malam itu.