Laporan Reporter Wartakotalive.com, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Upaya pembukaan paksa sebagian lajur Terminal Angkutan Dalam Kota Lebak Bulus yang sebelumnya ditutup Sudin Perhubungan Jakarta Selatan terkait proyek Mass Rapid Transit (MRT) oleh para sopir dikarenakan berbagai faktor. Salah satunya adalah berkurangnya pendapatan per hari secara drastis sejak adanya pelarangan mangkal di dalam area Terminal.
Hal tersebut disampaikan oleh Yudi (48) sopir mikrolet 106 Parung-Lebak Bulus saat ditemui Wartakotalive.com di lokasi hari ini, Rabu (07/05/2014). Dirinya secara langsung bercerita selama dilakukannya penutupan empat dari enam lajur sekira akhir bulan Februari 2014 lalu menyebabkan para sopir Metromini maupun Mikrolet mengalami kesulitan mendapatkan penumpang.
"Selama ditutup, kita nggak boleh mangkal, jadinya ya kita susah dapet sewa. Apalagi sewa juga susah naik mobil, jadi ujung-ujungnya kita nggak dapet duit. Ibaratnya kita muter (operasi-red) cuma buat setoran sama makan doang, sisanya habis sama bensin aja," keluhnya menggeleng kepala.
Pria bertubuh kurus beruban itu menyampaikan selama penutupan sebagian lajur tersebut dirinya hanya bisa mendapatkan uang hanya sekitar Rp 400.000 hingga Rp 450.000 per hari, jumlah tersebut sangat jauh dibandingkan dengan sebelum dilakukannya penutupan sebagian lajur Terminal Dalam Kota Lebak Bulus.
"Sebelum ditutup bisa dapet lima ratus sampe enam ratus ribu, itu juga kita nggak buang bensin banyak, paling-paling seratus lima puluh (ribu-red) udah bisa seharian. Nah pas ditutup, buat bensin aja bisa sampe dua ratus, belom lagi setoran dua ratus, nah kita pulang cuma megang gocap (Rp 50.000-red), duit segitu buat apaan," ungkapnya kesal.