Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Wahyu Tri Laksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Destiana (24) guru bahasa Inggris SMA Al Huda yang menjadi salah satu korban tewas dari kecelakaan bus maut di kawasan Sari Ater, ternyata sempat mengirimi foto kaki yang menggunakan sandal untuk dijadikan oleh-oleh buat sang kakak.
Hal itu dikatakan Gusny Rahma (28) kakak pertama dari Desti, saat dihubungi Warta Kota, Rabu (18/6/2014) petang, menurutnya sekitar pukul 16.00 dirinya dengan almarhum masih sempat komunikasi lewat BlackBerry Messenger. "Saya masih BBM-an sama Desti, dia ngirim foto sandal yang katanya buat oleh-oleh untuk saya. Dia bilang nih kak, sandalnya mau enggak yang kayak begini," ungkap wanita yang sudah menikah dan memiliki satu anak ini.
Tetapi setelah itu, sekitar pukul 17.30 hingga pukul 18.00, pesan di BBM-nya tidak bisa lagi. Ditelpon pun juga sudah tidak ada nadanya lagi. Baru setelah itu saya mendapat informasi dari broadcast message, tentang kecelakaan bus di Sariater, Subang, Jawa Barat.
"Broadcast itu saya dapat dari om saya, Muhammad Umar. Lantas om saya tersebut mengajak saya untuk mengecek kebenaran itu, abis magrib saya lanjut ke Subang," ujarnya.
Terpisah, Muhammad Umar (47) Om dari Gusny dan Almarhum Destiana, mengatakan yang tahu pertama kali informasi kecelakaan dari pihak keluarga justru saya. "Saya dapat BBM dari pihak teman-teman almarhum, dan beberapa murid. Kalau keponakan saya meninggal, tetapi karena saya orangnya penasaran saya cek sendiri ke TKP," ujar pria yang merupakan adik kandung dari ayah Gusny dan almarhum Desti.
Lanjut Umar, dirinya lantas menghubungi kakak serta adik Destiana dan mengajak salah satunya untuk pergi mengecek ke Rumah Sakit di Subang. "Abis magrib saya langsung berangkat ke Subang, buat ngecek kebenarannya," ungkapnya.
Setibanya di rumah sakit, ia langsung mengecek nama ponakannya di daftar rumah sakit, dan memang ada. Tetapi karena rasa penasaran akhirnya, ia juga mengecek ke kamar mayat juga.
"Ternyata sampai di kamar mayat memang benar keponakan saya sudah meninggal," kata pria tersebut saat ditemui Warta Kota di rumahnya di Jalan Cendrawasih 8 RT 12 RW 7 nomor 59, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat.
Saat ditemui di kamar jenasah, kondisi ponakan saya cukup parah. Banyak luka disekujur tubuhnya, yakni di punggung, pinggang, dibawah leher, pelipis kiri sobek. Menurut visum rumah sakit luka tersebut diperoleh akibat benturan keras dengan benda keras dan akibat terjepit bangku tempat duduk.
"Kata orang yang menolong, Desty yang terjepit di bangku depan sempat meminta tolong dengan suara lirih sekitar 2 menit. Namun setelah itu karena warga tidak berani menolong, akhirnya korban meninggal," katanya.
Setelah itu, mereka mengurus berbagai macam keperluan agar jenazah dapat segera dibawa pulang ke Jakarta. Jenazah berangkat dari Rumah Sakit Subang pukul 05.00 dan tiba di RSUD Cengkareng pukul 08.00. Setelah itu, anak dari almarhum Suaeb Arrahman dan Tumiyatun (63) itu dibawa pulang dan disemayamkan sekitar pukul 10.30 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (18/6/2014).
Pemilihan TPU Tegal Alur, menurut Umar merupakan kuburan keluarga. "Ia dikuburkan di sebelah makam ayahnya. Selain itu, neneknya juga dikuburkan di TPU yang sama," ujar Umar didampingi istrinya saat ditemui di rumahnya.
Selain itu, lanjut Umar, meskipun korban tinggal di Jalan kavling DPR, Cipondoh Tangerang, tetapi almarhum tercatat sebagai warga Jalan Cendrawasih RT 06 RW 07, Cengkareng Barat, karena almarhum beserta keluarganya pernah tinggal cukup lama di tempat tersebut menempati rumah dinas sang ayah yang terdaftar sebagai guru juga.
Sebelum Tewas Destiana Sempat Foto Sandal Untuk Kakaknya
Editor: Hendra Gunawan
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger