News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dulu Becek dan Kumuh, Kini Pasar Santa Ditongkrongi Anak Muda

Editor: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasar Santa.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar Santa di Jalan Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dahulu tak menarik perhatian. Sebab, sebagai pasar tradisional tanpa alas itu, Pasar Santa dikenal becek dan kumuh.

Menurut penuturan Kepala Pasar Santa Bambang Sugiarto, sekitar tahun 1971 menjadi langkah awal berdirinya pasar tersebut. Pasar tua itu awalnya bukanlah bentuk permanen.

"Pada 15 Mei 2007 dibuat permanen dengan 1151 tempat usaha di dalamnya," ujar Bambang kepada Kompas.com, Minggu (14/9/2014).

Dahulu Pasar Santa hanya menjual sembilan bahan pokok untuk sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, lantai 1 Pasar Santa pun menyesuaikan diri dengan mengajak komunitas batik gabung di dalamnya.

Alih-alih menarik pangsa pasar, ternyata tetap tidak mampu menggaet konsumen ke pasar itu. Setelah dianalisa, komunitas itu tidak memiliki pangsa yang banyak. "Sepertinya memang harus punya pangsa dan komunitas pasar ini," ucap dia.

Selama tujuh tahun, dari 15 Mei 2007 hingga Juni 2014, pasar tersebut seolah tak berpenghuni alias sepi. Ia pun mempertimbangkan vakumnya pasar dari keriuhan harus teratasi dengan cara apapun. Dengan istilah menjemput bola, ia pun mendapat respons baik dari komunitas kopi dan piringan hitam.

"Alhamdulillah mereka mau masuk dari yang mie, sampai gaya America dan Meksiko. Berurutan pada masuk," kata dia.

Pada 25 Juli 2014 komunitas itu resmi bergabung di pasar yang tidak jauh dari akses utama Jalan Wolter Mongonsidi tersebut. Demi melancarkan kegiatan pasar, ia pun banyak menjalin komunikasi dengan seluruh pedagang di pasar.

Bersama komunitas ini, ia mencari solusi meramaikan pasar yang kini berubah nama menjadi Santa Modern Market tersebut. Ia pun memberikan biaya sewa di lantai 1 seharga Rp3-3,5 juta per tahun. Dengan biaya cukup murah itulah 350 kios resmi disewa.

Meski seluruh kios sudah disewa, peresmian lanjutan ini baru berlangsung Oktober 2014 sesuai dengan kesepakatan bersama.

"Oktober launching dan sambil sharing sama teman di atas (lantai 1) kalau misalkan tidak buka kenapa masalahnya. Kalau bisa kita bantu, di situ kekeluargaan banget. Kan kalau tidak buka bisa dikasih yang antre," kata dia.

Kini, lanjut dia, teman-teman dari ekonomi kreatif untuk komunitas kopi membuat Pasar Santa semakin giat dikunjungi muda-mudi. Namun, di balik ramainya lantai 1, basement dan lantai dasar masih jadi masalah buat pengelola karena masih sebagian kios kosong.

"Lebih kurang 200 kios tersisa di basement dan lantai dasar," ucap dia.

Bambang pun menyatakan akan mencari komunitas lain untuk mengisi kekosongan di Pasar Santa. Hal ini dikarenakan pasar itu bukan berada di jalan protokol melainkan di tengah masyarakat.

"Karena lokasinya kita gaet komunitas. Kalau tidak agak sulit soalnya tidak ada lalu lalang konsumen di depannya kayak pasar swalayan di pinggir jalan," ujar dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini