News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prostitusi Terselubung dan Kemewahan yang Menggoda SPG

Editor: Yudie Thirzano
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung saat melihat mobil dari berbagai merek yang sedang dipamerkan pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2014). Pameran mobil yang menunjukkan teknologi, produk, dan inovasi terbaru produsen mobil yang diikuti oleh 35 merk anggota Gaikindo yang akan berlangsung hingga 28 September 2014.

News Analysis
Oleh
Prof Musni Umar
Sosiolog/ Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah

SUDAH menjadi rahasia umum bahwa di setiap event besar yang menghadirkan Sales Promotion Girl (SPG) cantik, akan kerap ada praktek prostitusi terselubung di sana.

Keberadaan SPG plus atau SPG yang menjual diri ini akhirnya menjadi incaran sebagian orang berduit. Hal ini terjadi karena para perempuan muda ini ingin mendapatkan uang dan materi secara cepat tanpa harus bekerja keras.

Biasanya, para SPG plus-plus ini justru adalah perempuan terpelajar seperti mahasiswa atau karyawan perusahaan tertentu. Mereka menjual diri bukan karena terpaksa atau karena tekanan hidup dan kemiskinan. (Baca: Pengakuan SPG Tentang Transaksi Seks usai Pameran).

Hal ini sangat tidak sehat dalam kehidupan bermasyarakat kita dan akan merusak mental kita sebagai bangsa. Karenanya harus ada cara minimalisasi yang dilakukan pemerintah. Ini akan terus terjadi karena selama ini masyarakat kita tidak peduli dengan sistem pendidikan yang ada.

Selain itu budaya apatis dan praktis yang diadopsi dari budaya barat dengan cepat merasuk dan merubah cara pandang generasi muda kita. Dalam sistem pendidikan kita, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat atas atau bahkan perguruan tinggi, semuanya lebih banyak menekankan pada ilmu pengetahuan dan mengejar nilai akademis. 

Akibatnya sistem ini mengabaikan cara pembentukan karakter siswa dan cara penanaman nilai-nilai moral dan etika yang baik. Sehingga mental generasi muda kita terfokus pada pandangan bagaimana menghasikan uang dan materi dengan cepat.

Karenanya ketika berhadapan dengan tawaran meraih materi dan kemewahan secara cepat walau mengabaikan moral dan etika, mereka dengan mudah akan terbawa arus dan menerimanya. (Baca: Pengakuan Reina: Justru Kami yang Digoda, Jika Tak Kuat Iman Bisa Jadi)

Ini menandakan ada dekadensi moral yang terjadi di tengah masyarakat kita. Belum lagi peran keluarga yang semakin hari makin tidak dominan, terutama pada keluarga di perkotaan.

Selain itu semua pelaku bisnis dan pelaku usaha yang jelas-jelas tahu adanya hal ini juga tidak peduli. Jadi hampir semua sendi masyarakat dan lingkungan bahkan pemerintah telah abai atas adanya dekadensi moral di tengah masyarakat ini.

Maka sebagai bentuk tanggung jawab, pemerintah harus mengambil peran untuk merubahnya. Pemerintah bisa memulainya dengan sedikit demi sedikit merubah sistem pendidikan kita agar lebih menekankan pada pembentukan karakter dan penanaman nilai serta etika.

Saya berharap di pemerintahan Presiden Jokowi mendatang, apa yang ditawarkan Jokowi dengan revolusi mental-nya akan benar-benar dilakukan. Sebab revolusi mental dari Jokowi ini sangat baik untuk membuat bangsa ini kembali mengedepankan nilai dan etika dalam bermasyarakat.

Semoga wacana revolusi mental yang ditawarkan Jokowi bisa membumi dan diwujudkan dengan dibentuknya sebuah lembaga atau institusi sebagai pengkoordinasi program revolusi mental secara lintas sektoral.

Lembaga ini nantinya diharapkan menyentuk semua sendi dan pilar pembangunan mental mulai dari sistem pendidikan hingga kepekaan masyarakat dan kontrol keluarga. (Tribunnews/TEDP)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini