TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat perempuan muda sibuk mengoperasikan tablet di antara sapi-sapi di kandang sapi sementara di Jalan Akses UI, Depok, Jawa Barat, di tengah hari yang panas, Sabtu (27/9).
Dalam balutan busana model Timur Tengah berupa perpaduan celana panjang warna hitam dan atasan ketat berwarna oranye, mereka terkesan sangat kontras dari sekelilingnya.
Keempat perempuan itu adalah sales promotion girl (SPG) di lokasi penjualan sapi kurban milik Ramdoni yang akrab disapa Haji Doni, pedagang sapi asal Cisalak, Depok. Aksi mereka hanya dapat dijumpai menjelang hari raya Idul Adha.
Mayang, salah satu dari keempat perempuan muda itu, mengaku tak risih dipanggil SPG sapi. Berperan sebagai SPG sapi bukanlah pekerjaan sampingan. Mayang dan ketiga rekannya merupakan karyawati di perusahaan milik Haji Doni.
Selain berdagang sapi, Haji Doni juga berbisnis mobil seken dan memiliki show room di bawah bendera PT Dian Mobil.
Ruang pamer mobil tersebut, sejak 27 Agustus silam dirombak menjadi kandang bagi ratusan sapi. Dindingnya dilapisi karet agar tak ada sapi yang cedera akibat menabrak tembok.
Saat Tribun mengunjungi mal tersebut, Haji Doni sedang sibuk melayani para calon pembelinya. Ia mengatakan, saat akhir pekan jumlah pembeli melonjak drastis.
Alhasil, omzet yang didapatkannya pun berlipat ganda. Pada hari biasa, perputaran uang di malnya berkisar Rp 500 juta rupiah.
Keberhasilan yang diraih Haji Doni sekarang tak didapatnya dalam waktu singkat. Saat usianya masih diawal 20-an tahun, Doni memberanikan diri untuk menjual daging sapi di sebuah pasar di Cisalak, Depok.
Ia bertekad mengembangkan apa yang telah dirintis orangtuanya. "Saat itu hanya lapak kecil, becek dan kotor," kenang pria kelahiran Depok, 22 Januari 1965 tersebut.
Ketekunannya membukakan pintu sukses. Perlahan tapi pasti, bisnisnya terus berkembang hingga akhirnya ia mendapatkan izin dari pemerintah untuk membuka rumah pemotongan hewan (RPH) di kawasan Tapos, Depok.
Sejak saat itu, Haji Doni mulai memasok daging sapi untuk beberapa restoran di Jakarta dan Depok. Kini, di luar hari raya Idul Adha, per hari, Doni mengirim minimal 45 ekor sapi ke berbagai rumah makan di Jabodetabek .
Untuk memenuhi permintaan konsumennya, Haji Doni membeli bibit sapi dari Bali, Madura, dan Kupang. Tak berhenti di situ, ia juga mengembangkan sapi inseminasi, percampuran sapi Australia dan lokal.
Sejak sekitar sembilan tahun lalu, Doni rutin membuka Mall Hewan Kurban setiap menjelang Idul Adha. Sedangkan mengerahkan karyawatinya sebagai SPG sapi, dilakukan Doni sejak sekitar lima tahun lalu.
Kostum SPG itu juga berganti-ganti di antaranya pakaian ala koboi dan pakaian ala Timur Tengah.
Menjelang Idul Adha tahun ini, sapi termahal yang dijualnya berharga Rp 300 juta per ekor. Sapi tersebut berjenis santa gertrudis. "Hingga sabtu ini, dari tujuh sapi santa sudah laku tiga," ujar Mayang.
Sapi santa yang ditawarkan Haji Doni memang berharga fantastis. Dengan harga sebesar itu, masyarakat bisa mendapatkan Honda Jazz RS Plus baru di Indonesia International Motor Show 2014 dan empat sepeda motor bebek.
"Yang beli biasanya pejabat atau pengusaha. Tahun ini tiga pembeli sapi santa adalah pengusaha, salah satu dari mereka adalah pemilik pom bensin," ujar Haji Doni.
Mall Hewan Qurban tidak hanya menargetkan segmen pasar premium. Mayang menuturkan, ada empat kelas sapi yang mereka tawarkan.
"Yang pertama kelas middle, kisarannya Rp 13 sampai 15 juta. Lalu ada kelas middle-up yang berkisar Rp 15-20 juta. Di atasnya, kelas premium. Harganya Rp 19-50 juta. Yang termahal kelas eksekutif. Kisarannya Rp 50-300," ucapnya.
Haji Doni menjamin kepuasan pelanggannya. Ia memberikan asuransi terhadap seluruh sapi yang dijualnya. Sapi yang terserang penyakit atau mengalami patah kaki saat pengangkutan bakal diganti dengan jenis yang sama.
Doni menjelaskan, seminggu sekali, dokter hewan dari dinas peternakan setempat mengecek kesehatan sapinya. Selain asuransi, harga jual yang dipatok Doni telah mencakup biaya perawatan dan pengiriman.
Pengiriman sapi biasanya dilakukan H-7 jelang Idul Adha. Tahun ini pembeli terjauhnya berasal dari Kuningan dan Sukabumi, Jawa Barat. Sebelum diangkut ke lokasi pembeli, Haji Doni tetap memberi pakan pada sapi-sapi tersebut.
Mengingat perusahaannya mengelola omzet yang besar, Haji Doni sejak 2010 mendigitalisasi seluruh dokumen termasuk data sapi-sapinya. Tablet yang dipegang Mayang digunakan untuk mengakses data sapi-sapi tersebut.
"Sapi kami sangat banyak. Bayangkan misalnya tertukar satu sama lain, pelanggan pasti akan kabur," jelasnya.
Di telinga kanan sapi-sapinya, Haji Doni menempelkan barcode yang berisi data jenis sapi, bobot, dan status kepemilikannya.
Sementara di telinga kiri digantung nomor urut sapi. Tak puas dengan usahanya, tahun depan Haji Doni berencana menjual unta jelang hari raya kurban.
"Kami sudah ajukan tahun ini, tapi sepertinya baru tahun depan mendapat izin," katanya.