TRIBUNNEWS.COM -- Kisah Kampung Ambon adalah lanjutan sejarah Oost Indische Leger. Kemudian dikenal dengan Koninklijke Nederlands Indisch Leger (KNIL). Tentara dadakan bentukan Belanda saat Perang Djawa (1825-1830).
Tapi setelah Gubernur Jenderal Van Den Bosch mengeluarkan keputusan organisasi ketentaraan yang baru untuk Hindia Belanda, KNIL jadi tentara resmi Kerajaan Belanda. Keputusan itu dinamakan ‘Algemeene Orders voor het Nederlandsh-Oost Indische Leger. Lalu baru tahun 1836 tentara ini mendapat predikat Koninklijk.
Mulai saat itu perekrutan serdadu pribumi dilakukan besar-besaran. Mulai dari Serdadu asal Maluku, Manado, Jawa, Timor, Madura Maupun Bugis. Semua serdadu ini ditempatkan sesuai etnis mereka di dalam pasukan KNIL.
Serdadu KNIL harus bertubuh besar, tinggi, ganas, setia dan berani mengambil resiko apapun. Inilah warisan terberat keturunan ex KNIL. Diturunkan dari generasi ke generasi dalam lingkungan yang keras.
Namun usai Jepang masuk tahun 1942 kekuatan KNIL melemah. Perwira KNIL berkebangsaan Belanda banyak jadi tawanan. Batalyon X KNIL di Jakarta juga melemah. Tadinya mereka bermarkas di lokasi yang kini menjadi Hotel Borobudur. Mereka tinggal di asrama bersama keluarganya disana. Namun Jepang memilih memindahkan mereka.
Saat itu Sekolah Dokter Djawa di STOVIA sudah lama pindah ke Jalan Salemba. Di tahun 1942 Gedung Utama Stovia sudah berubah menjadi Algemeene Middelbare School (AMS)-kini jadi museum. Sedangkan dua gedung lain dipakai Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)-kini SMAN PSKD 1. Kemudian satu gedung lagi digunakan Darde School-kini SDN 03 Senen. Gedung-gedung ini berdiri sejajar di Jalan Kwini.
Namun begitu Jepang masuk tahun 1942, semua sekolah-sekolah bentukan Belanda ini ditutup. Pasukan Batalyon X kemudian dipindah kesana. Inilah awal mula Kampung Ambon yang kemudian berubah jadi Kampung Narkoba di era reformasi. Sebenarnya ada enam lokasi yang jadi tempat pemindahan ex-KNIL.
Prajurit ex-KNIL asal Maluku pindah ke gedung AMS, Darde School, dan MULO di Jalan Kwini. Sedangkan prajurit Timor pindah ke sebuah bangunan Belanda berstatus Eigendom Verponding ketika itu. Letaknya sejajar dengan Stovia dan MULO. Lalu pasukan ex KNIL asal Manado pindah ke Jalan Kramat VII, kini disebut Kenari. Adapula yang pindah ke Berland dan Polonia Kamp. Letak Polonia Kamp sekarang berada di samping Gereja Vincentius.
“Tapi yang pindah pertama kali bukan prajurit ex KNIL Maluku. Justru Prajurit Timor paling pertama keluar,” kata Raymond Raymondus Saru (69).
Raymond mengatakan, Prajurit Timor pindah tahun 1942. Sedangkan ex KNIL Maluku pindah tahun 1944 bersama ex KNIL lainnya. Ex KNIL Timor paling pertama pindah lantaran mendapat jaminan dari Prof Dr Yohanes. Salah satu orang timor yang jadi Kepercayaan Belanda.
Raymond Raymondus Saru (69) masih ingat betul cerita itu. Walaupun dia baru lahir tahun 1945, tapi kisah itu turun dari sang ayah. Ayahnya adalah Prajurit KNIL asal Timor yang juga masuk di Batalyon X.
Saat ditemui pertengahan Agustus 2014 pria ini sudah terlihat renta dengan rambut putihnya yang tipis. Tapi bicaranya masih jelas. Hingga kini dia masih bekerja di SMA PSKD sebagai keamanan. Raymond tertawa lebar dan bicara dengan ingatan terang ketika menceritakan kisah lampau ini.(Theo Yonathan Simon Laturiuw)