Tribunnews.com, Jakarta - Setiap kali ada perhelatan di kawasan Taman Fatahillah Kota Tua selalu saja Pedagang Kaki Lima (PKL) kembali memenuhi kawasan tersebut. Pasalnya, hanya saat akhir pekan dan banyak acara, para PKL tersebut berani masuk.
Setiap Senin-Jumat Satuan Petugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kerap berjaga di kawasan tersebut. Tetapi justru saat akhir pekan khususnya Sabtu-Minggu saat banyak acara di kawasan tersebut tak ada satu petugas Satpol PP yang berjaga.
Pantauan Warta Kota Sabtu (8/11/2014), para PKL tersebut menyerbu kawasan Taman Fatahillah. Ada yang berjualan memakai gerobak, ada yang berjualan buka lapak, ada juga yang berkeliling. PKL tersebut terdiri dari pedagang cilok, tahu gejrot, minuman dingin, pecel, soto mie, dan lain sebagainya. Kawasan taman tampak kumuh dan kotor.
Mereka berjualan di depan Museum Wayang, Museum Pos Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, tak sedikit pula yang merangsek ke dalam Taman Fatahillah, bersembunyi di belakang stand resmi milik peserta festival. Tak pelak, saat acara Festival Kota Tua Tempo Doeloe, banyak sampah berceceran di kawasan ini.
Ratih (35), salah satu pengunjung mengakui keberadaan PKL ini dapat dikatakan mengganggu tapi dibutuhkan pengunjung. Apalagi, selama ini kawasan Kota Tua merupakan pusat hiburan gratis di DKI Jakarta yang tak perlu uang banyak untuk masuk ke kawasan ini.
"Ini kan tempat wisata gratis untuk warga, tetapi tak disediakan restoran yang murah untuk pengunjung yang rata-rata kelas menengah atau berkantung pas-pasan. Jadi kalau mau makan harus masuk ke restoran kayak Cafe Batavia kemahalan. Makanya larinya ke PKL ini," ujar perempuan berbaju kuning ini.
Jadi, menurut dirinya tak heran banyak PKL yang diburu pengunjung karena harganya yang terjangkau. Ia berharap, di kawasan Taman Fatahillah dibuatkan sebuah restoran yang murah dan harganya terjangkau untuk pengunjung seperti dirinya.
"Harus disediakan tempat makan murah sekelas restoran tetapi harganya terjangkau, jangan terlalu mahal. Supaya pengunjung tak membeli makanan kepada PKL lagi," ucapnya kepada Warta Kota.
Sementara itu Yono (45), pedagang tahu gejrot yang mangkal di depan Kantor Pos Indonesia Taman Fatahillah mengatakan, dirinya hanya berani berjualan masuk ke dalam saat akhir pekan dan banyak acara saja. Karena menurut Yono, penjagaan saat ada acara agak longgar, bahkan tak ada petugas yang jaga.
"Enggak ada yang jaga, kalau ada juga paling cuma satu saja. Kan jumlahnya kalah sama pedagang, makanya dia enggak berani tertibin," ujar Mas Yon yang sudah berjualan sejak tahun 2009 di Taman Fatahillah.
Ia mengakui meskipun penjagaan longgar, tetap waspada kalau sewaktu-waktu petugas datang dan menertibkan PKL di Kawasan ini. Makanya, dia mengakui tetap kucing-kucingan meskipun penjagaannya longgar.
"Biasanya ditertibin jam 16.00, makanya saya jualan jam 12.00, tapi kalau ngeliat banyak pengunjung gini. Biasanya petugas malas nertibin," tutur pria yang mengaku membayar setoran Rp 3.000 kepada oknum Kamtib itu.
Terpisah Kepala UPK Kawasan Kota Tua, Gathut Dwi Hastoro, mengakui setiap kali ada event di kawasan Kota Tua PKL kembali merangsek kedalam Taman Fatahillah. Dirinya mengakui tak memiliki kuasa untuk menertibkannya, pasalnya sudah seharusnya ada pihak Satpol PP dari Kecamatan Tamansari yang melakukan penertiban.
"Harusnya ada sinergisitas jika ada acara semacam ini, dari pihak kecamatan, Sudin, Satpol PP dan dinas lainnya. Agar PKL ini tak masuk ke kawasan Taman Fatahillah saat acara berlangsung. Tapi nyatanya selama inikan tidak, tak ada sinergisitas diantara dinas yang terkait," kata Gathut disela-sela acara Festival Kota Tua Tempo Doeloe, Sabtu malam.
Sementara itu, saat dihubungi Warta Kota, Sabtu petang, Kasatgas Satpol PP Kecamatan Tamansari Purnama handphonenya tak aktif. (Wahyu Tri Laksono)