TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hegemoni rakyat terhadap Jokowi-JK sangatlah tinggi, karena rakyat berharap mereka mampu menjadi antitesa para pemimpin sebelumnya. Jokowi dianggap pro rakyat, lahir dari rakyat dan akan berpihak kepada kepentingan rakyat.
“Kenaikan harga BBM menjadi bukti rakyat kecil tak berdaya. Maka tiada lagi kata-kata yang tepat selain kita harus melawan. Ayo kita semua yang masih waras, singsingkan lengan baju, kepalkan tangan, teriakan semangat perlawanan,” ungkap Koordiantor GRAMSI (Gerakan Aktivis Indonesia), Ali Sodikin, Selasa (18/11).
Seperti diketahui, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah resmi menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 2.000. Protes pun banyak dilakukan oleh kalangan masyarakat.
Menurut Ali Sodikin, dengan kenaikan BBM tersebut, harga-harga kebutuhan pokok secara otomatis akan naik.
“Fakta empiris membuktikan, kenaikan BBM akan berdampak sistematis terhadap kehidupan rakyat kecil yang lemah dan tak berdaya. Rakyat kecil yang pertama terkena imbas dari kenaikan harga BBM,” kata Ali Sodikin.
Ali mengatakan, harusnya Jokowi-JK memberantas mafia migas terlebih dahulu sebelum menaikkan harga BBM.
“Siapkan undang-undang tentang migas yang mengacu pada pasal 33 UUD45,” tandasnya.
Tidak hanya itu, recovery sektor UKM dikatakan Ali Sodikin perlu dilakukan, agar lebih kuat menghadapi pasar bebas ASEAN, kalau begini sama saja JKW-JK meninggalkan rakyat kecil dalam belantara pasar bebas tanpa perlindungan sama sekali dari negara.
” Rakyat menjadi yatim piatu di negara sendiri, negara yang kaya raya, tapi kekayaannya diserahkan secara mentah-mentah kepada pihak asing,” tutur Ali.