TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dian Warastuti, orangtua siswa SMP Muhammadiyah 22 Pamulang, menyambut baik penghentian kurikulum 2013.
"Itu tindakan yang bagus dan bijaksana, sebab kentara sekali masih banyak sekolah yang belum siap melaksanakan, terutama guru masih harus dilatih dan dibiasakan dulu," katanya.
Dian menambahkan, seperti halnya guru dan siswa, orangtua juga perlu mendapat penjelasan lebih dulu tentunya melalui sekolah-sekolah masing-masing.
"Penerapan kurikulum baru seperti apa, sebab banyak konten yang pengajarannya melibatkan orangtua di rumah. Jadi sebelum kita mengerti keburu dihentikan ya sudah, itu bagus," kata Dian.
Dia menegaskan, dirinya mengapresiasi langkah yang diambil pemerintah pusat. Sebagai orangtua, setiap pembelajaran di sekolah dengan cara dan metode yang baru, perlu ada sosialisasi agar orangtua tidak bingung.
Sementara itu, Yuli, orangtua siswa kelas 2 SD Ragunan 04 Petang sempat merasa bingung mengajari anaknya di rumah.
"Bingung karena belajar jaman dulu ngga sama dengan sekarang, sekarang udah nggak ada lagi pelajaran, semuanya di satu buku, anaknya nggak tahu bisa atau nggak," katanya.
Ia mengatakan, lebih baik kembali ke kurikulum lama atau kurikulum 2006. Menurutnya, anak-anak dan orangtua lebih terbiasa menggunakan kurikulum tersebut dibanding dengan kurikulum 2013 yang begitu banyak materi. "Saya seneng sih kalau (kurikulum 2013) dihentikan.
Saya juga bisa mengajari anak per mata pelajaran kalau sekarang bingung ngajarinnya," katanya.
Tidak hanya itu, Prasetyo, orangtua siswa kelas 1 SD di Jakarta Selatan selama ini merasa kasihan pada putranya lantaran tidak bisa menangkap materi pelajaran dengan baik. "Anak saya itu sebenernya daya tangkapnya lama, kalau semuanya dipukul rata materi banyak harus selesai, kasian dia," katanya.
Ia menyebutkan, kemampuan anak satu dengan lainnya itu tidak sama, karenanya, merupakan langkah yang baik jika pemerintah memilih menghentikan kurikulum tersebut dan melakukan evaluasi.
Orang tua murid dan guru merasa senang karena kurikulum 2013 yang baru berjalan satu semester itu dihentikan Anis Bawesdan, yang baru diangkat menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan, beberapa waktu lalu.
Kepala Sekolah SDN Palmerah 03 Jakarta Barat, Sarita Siregar, menyatakan lega setelah mengetahui kurikulum 2013 yang selama ini menjadi beban bagi guru-guru di sekolahnya resmi dihentikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Alhamdulillah, sudah mendengar semalam, akhirnya kurikulum ini dihentikan, guru-guru menyambut bahagia," kata perempuan berkerudung itu kepada Wartakota, Sabtu (6/12) siang.
Ia menyebutkan, selama satu semester menggunakan kurikulum 2013, para guru belum terbiasa dengan metode pengajaran. "Tidak semua siswa paham, kemampuan anak kan berbeda-beda, ada yang ketika masuk pelajaran mereka tahu, ada juga yang tidak paham," tambah Sarita. (m1)