TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Belum adanya solusi atas nasib Ryuji Marhaenis Kaizan, bayi berusia lima bulan yang pengidap penyakit atresia bilier atau kelainan fungsi hati, belasan wartawan yang tergabung dalam Poros Wartawan Jakarta (PWJ) menggelar aksi penggalangan dana di Car Free Day (CFD) Bundaran HI, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (8/2/2015) pagi.
Walau kondisi Bundaran HI dan sekitarnya diguyur hujan deras, namun aksi yang dimotori oleh anggota PWJ itu terlihat digelar sekira pukul 10.00 WIB. Penggalangan dana publik dilakukan seadanya, para peserta terlihat membawa poster berisi foto dan nama Ryuji mengelilingi bundaran HI.
Sementara, beberapa orang peserta lainnya bernyanyi sekaligus menyampaikan permasalahan yang menimpa anak dari pasangan Feri Yunizar Arifin (31) dan Lutfianti (29) warga Pondok Raji, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
"Save Ryuji-save Ryuji, ayo kita bergerak, tolong Ryuji sembuh dari penyakitnya," teriak belasan wartawan dalam aksinya.
Tidak berlangsung lama, aksi tersebut pun diapresiasi oleh warga masyarakat yang datang. Beberapa pengunjung terlihat tidak keberatan menghentikan langkah larinya untuk memberikan uang. Tidak jarang, para pengunjung pun memasukkan uang pecahan besar dan berpesan untuk kesembuhan Ryuji.
"Semoga bermanfaat, keep up guys (tetap semangat kawan-red), lanjutkan," ujar Fachrul (28) warga Menteng, Jakarta Pusat sesaat memasukkan uang ke dalam kotak penggalangan dana.
Fachrul menyampaikan, walau terbilang kecil, aksi tersebut merupakan solusi atas permasalahan yang menimpa balita malang itu. Sebab, lanjutnya, pemerintah yang seharusnya menjamin kehidupan rakyatnya tidak dapat diharapkan saat ini.
"Seharusnya memang kewajiban pemerintah menjamin kehidupan rakyatnya. Ryuji mungkin hanya satu dari jutaan rakyat yang memiliki nasib sama, tapi sayangnya kesejahteraan rakyat justru terkendala birokrasi pemerintahan," ungkap Fachrul kecewa.
Sementara itu, Kadiv Advokasi PWJ, Rani Stones Sanjayaā€ˇ mengatakan, aksi penggalangan dana yang dilakukan pihaknya merupakan bentuk kepedulian sosial terhadap permasalahan yang menimpa Ryuji.
Fachrul mengaku, aksi tersebut tidak hanya bertujuan untuk menggalang dana tetapi juga mengingatkan pemerintah untuk tidak berpangku tangan mengetahui kesulitan rakyatnya. "Bentuk pelayanan kesehatan sebenar-benarnya ya seperti ini. Jadi, meski pemerintah tidur, tapi kami yakin jika rakyatnya selalu terjaga," tutupnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Ryuji yang menderita kelainan hati masih urung menjalani operasi pencangkokan hati dikarenakan biaya pengobatan yang mencapai Rp 1,2 miliar. Sementara, walau sudah terdaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan, proses pengobatan Ryuji tetap terkendala batasan tunjangan kesehatan yang hanya sebesar Rp 250 juta.
Ayah kandung Ryuji, Feri sendiri telah mengajukan permohonan kepada pihak BPJS serta mengadukan nasib anaknya kepada anggota DPR. Tidak hanya itu, dirinya pun telah meminta pendampingan kepada Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan LBH Jakarta untuk memberikan solusi atas anak pertamanya yang kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Salemba, Menteng, Jakarta Pusat. (Dwi Rizki)