TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semalam instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit tempat Antonius (26) bekerja di Bekasi kebanjiran pasien. Dia kebagian menjahit tangan seorang anak pemuda yang dibacok perampok, lalu menangani pasien meninggal, dan ada sederet pasien datang dengan keluhan aneh-aneh.
Tapi siang harinya, Jumat (20/2/2015) usai sibuk semalaman di IGD, Antonius duduk diam di lantai II Gedung Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya (PMJ). Mukanya kusut dan kecapekan.
"Saya mau urus mutasi motor saya ke Bekasi," ucap Antonius. Siang itu urusan Antonius terpotong jam Salat Jumat. Dia pun bersabar duduk di kursi, menunggu loket buka lagi.
Urusannya sedikit lagi selesai. Dia hanya perlu menunggu selembar surat untuk mengambil arsip BPKB miliknya. Setelah itu Antonius harus menunggu sampai tiga minggu sampai arsip keluar. Makanya tiga minggu ke depan dia tinggal menunggu kabar saja.
Antonius memilih tak pakai calo, walau beberapa teman kerjanya ada yang menawari. "Capek sedikit tak apalah," kata Antonius. Tapi Antonius yakin dia bakal kecapekan hari itu. Sebab sampai pukul 14.00 WIB dia masih di Polda Metro Jaya. Padahal pukul 20.00 WIB dia sudah mesti kembali bekerja di IGD. Dia mengaku langsung tancap gas ke PMJ setelah jam kerjanya usai pukul 07.00 WIB.
Serupa dengan Antonius, Ibadurohman (27) warga Tangerang, Banten juga berkutat bersama puluhan orang lain di Lantai II Ditlantas Polda Metro Jaya.
Sudah pukul 14.00 WIB loket sudah kembali buka, tapi nama Ibadurohman belum juga dipanggil di loket. Sebelumnya dia sudah menyerahkan berkas-berkas kelengkapan balik nama motor Vixion miliknya. Dia jadi agak panik. Sebab pukul 16.00 WIB dia harus bekerja.
Ibadurohman bekerja di perusahaan pembuat trafo listrik di Tangerang. Dia tak mengambil izin, sebab tadinya yakin akan selesai tepat waktu.
"Kalau nanti terlewat tinggal bilang saja ke bos. Tak apalah," ucap Ibadurohman.
Sebelumnya Ibadurohman ditawari pengurusan balik nama lewat calo, tapi dia menolak. "Tadinya kan pertama saya datang ke Polres Tangerang. Ketemu calo. Lalu ditawari agar diurus. Tapi saya malas, biar urus saja sendiri. Sekalian ingin tahu bagaimana prosesnya," ucap Ibadurohman.
Sedangkan Zulkarnain (52), kebingungan mengurus BPKB mobilnya. Dia membeli mobil Honda Elysium, tetapi ada kesalahan saat proses balik nama beberapa tahun lalu.
STNK mobilnya sudah balik nama, tapi BPKB justru belum. Makanya jadi sulit saat hendak memperpanjang STNK.
"Dulu yang ngurus calo ini. Tapi ngurusnya tidak tuntas. Jadi saya kacau begini," kata Zulkarnain.
Seharian kemarin, saat Ibadurohman dan Antonius tinggal menunggu, Zulkarnain justru bolak-balik dari gedung Samsat Jakarta Selatan di PMJ ke gedung Ditlantas PMJ yang letaknya berseberangan.
Sehabis Salat Jumat, Zulkarnain duduk diam di gedung Ditlantas PMJ. "Saya disuruh kemari lagi tadi. Harus dibalik nama dulu ini BPKBnya. Jadi tadi saya harus menyerahkan surat untuk mencari arsip BPKB saya dulu," kata Zulkarnain.
Dia mengaku agak kerepotan. Apalagi harus bolak-balik berjalan dengan bobot tubuhnya yang sudah lebih dari 100 kilogram. Tadinya Zulkarnain mau memakai calo lagi. Tapi karena sudah kepalang capek, dia bersumpah akan menyelesaikan pengurusan balik nama itu sendiri.
Akhir-akhir ini, berdasarkan pemantauan calo memang tak lagi bertebaran di PMJ. Banyak masyarakat mengurus urusan mereka sendiri. Tak lagi lewat calo.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Martinus Sitompul, memuji masyarakat yang menolak calo.
"Harus begitu masyarakat. Ini baru revolusi mental," ucap Martinus. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)