TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG -- Polresta Bandara Soekarno-Hatta meringkus empat perampok spesialis pembius penumpang di bandar udara (bandara). Tiga di antaranya ditembak karena melakukan perlawanan saat diringkus.
Kasat Reskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta, Komisaris Aszhari Kurniawan dalam gelar perkara pada Selasa (3/3) mengatakan, keempat penjahat berinisial R, B, J, dan I.
"Total ada enam pelaku. Dua lagi masih dalam pengejaran. Mereka kami tangkap pada 1 Maret kemarin di lokasi berbeda. Tiga orang kami beri tindakan tegas," ujar Aszhari.
Aszhari menuturkan, keempatnya bukan hanya beraksi di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) saja. Korban-korbannya juga dibuang di jalan setelah dibius.
"Mereka melakukan modus serupa di bandara-bandara lain, seperti di Surabaya, Semarang, dan Malang. Mereka membuang korbannya di tengah jalan setelah melucuti barang berharga korban yang sudah tak sadarkan diri. Dibuangnya rata-rata di luar kota," kata Aszhari.
Berhenti di jalan
Menurut salah satu korban, Alfian Toni, ia dibius di Bandara Soekarno-Hatta saat pulang dari tempatnya bekerja di Abu Dhabi. Peristiwa itu terjadi pada 26 Februari lalu.
"Saat itu pukul 15.00. Saya baru mendarat di bandara dari Abu Dhabi," kata Toni di Mapolresta Bandara Soekarno-Hatta.
Toni menuturkan, ia bekerja di Abu Dhabi sebagai seorang mekanik pertambangan minyak. Setiap bulannya, ia kembali ke tanah air untuk menafkahi anak dan istrinya di Bekasi.
"Setelah keluar, saya lalu dihampiri seseorang. Dia juga mengaku TKI yang baru pulang dari Malaysia. Dia mengaku juga ingin pulang ke Bekasi, lalu menawarkan saya tebengan. Katanya, dia dijemput adiknya," kata Toni.
Toni tidak menyadari bahwa yang menggiringnya adalah komplotan penjahat spesialis pembius yang sudah kerap kali beraksi di sejumlah bandara. "Ada enam orang di mobil Toyota Avanza hitam itu," katanya.
Di tengah perjalanan, salah satu penumpang mengaku mual. "Akhirnya kami stop dulu, karena yang mau muntah ini mau minum jamu. Kami stop di daerah Rawa Bokor. Saya juga disuruh minum jamu yang mereka bawa dari warung. Saya nggak curiga sama sekali," katanya.
Mendadak, Toni langsung mengantuk. Sekitar 10 menit kemudian, ia langsung tertidur pulas. "Bangun-bangun saya sudah di rumah sakit di daerah Purwakarta, diinfus. Pelipis saya lebam," katanya.
Saat itulah Toni menyadari bahwa dirinya dirampok. "Uang cash sebesar Rp 7 juta yang saya pegang hilang. Oleh-oleh untuk istri dan anak saya juga hilang," katanya lagi. Toni pun melapor ke Mapolresta Bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 28 Februari.