TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meninjau Pintu Air Karet yang berada di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (21/3/2015).
Usai peninjauan, Ahok berkesimpulan bila pengelolaan air sungai di Jakarta masih lemah.
Hal tersebut terlihat ketika pintu air di wilayah lain masih aman, justru pintu air Karet sudah siaga I.
"Sementara kira-kira yang bisa kita dapatkan ini adalah teknik pengolahan air kita masih lemah," ucap.
Dikatakan dia air yang masuk ke Pintu Air Karet berasal dari Pintu Air Manggarai.
Bila ketinggian air di Pintu Air Karet mulai tingi, seharunya mulai melihat posisi pintu air lainnya yang dianggap masih aman untuk mengalihkan aliran air.
Pintu Air Manggarai bisa ditutup kemudian dialihkan ke aliran lain seperti istiqlal, Gunung Sahari, dan Waduk Pluit.
Ahok heran, saat air tinggi semua justru dibebankan ke Banjir Kanal Barat (BKB) sehingga permukaan air naik bahkan akibatnya kali Angke dan Grogol alirannya tertahan.
Lebih dikhawatirkan Ahok peristiwa banjir 2012 terulang dengan jebolnya Tanggul Latuharhari sehingga dampaknya lebih fatal.
"Makanya saya heran, tanya kepala dinas, anda sudah tahu BKB begitu tua, kenapa anda lepaskan air begitu banyak ke sini. Karena ini kalau dilepasin terlalu banyak jebol lagi seperti kasus Pak Jokowi sama saya baru masuk (Jakarta). Itu yang saya bilang bahaya," tuturnya.
Atas temuannya tersebut, Ahok akan meminta penjelasan langsung dari pejabat yang menangani hal tersebut. Ia tidak mau menuding terjadi sabotase kembali.
"Pertanyaan saya kenapa BKB dibebanin air begitu banyak. satu-satunya pintu air yang siaga I hanya pintu air Karet. Jadi buat apa anda paksa air begitu tinggi? Bisa jebol ini. Kalau jebol bagaimana? Mau kayak Laturharhari lagi?" kata Ahok.