News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pembunuhan Wanita di Tebet

Empi Diduga Masih Hidup saat Ditinggalkan RS

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Deudeuh Alfi Sahrin alias Evi alias Empi alias Tata Chubby.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puteri Indonesia Lingkungan 2010, Reisa Kartika menyebut kematian Deudeuh Alfi Sahrin alias Empi (26), memang agak aneh.

Jam kematian Empi yang sebenarnya memang masih misteri. Berdasarkan keterangan pelaku, Muhamad Prio Santoso (24), Ia mencekik Empi sekitar pukul 20.00 pada Jumat (10/4/2015).

Dan dia tak tahu persis apakah Empi sudah tewas saat Ia tinggalkan.

Tapi memang ada darah keluar dari mulut Empi. Lantaran tak yakin meninggal, Prio makanya menyumpal mulut korban dengan kaus kaki, dan meletakkan kabel rol di lehernya untuk menyumbat pernafasan.

Sedangkan dokter forensik memperkirakan Empi meninggal 10 jam usai penemuan jenazahnya. Padahal Empi baru ditemukan tewas pada Sabtu (11/4/2015) pukul 19.00 malam.

Setelah rekan-rekannya aneh karena Empi tak keluar kamar seharian.

Berarti ada jeda 13 jam antara pengakuan tersangka membunuh Empi, dengan waktu kematian yang diperkirakan dokter.

Sehingga ada kemungkinan Empi masih hidup saat tersangka meninggalkannya. Namun karena tak ada pertolongan dan penanganan, akhirnya meninggal.

"Memang agak aneh ya. Tapi itu harus dilihat hasil forensik secara keseluruhan. Sebab ada banyak kemungkinannya," ujar Reisa yang bekerja sebagai Staf Forensik di RS Polri Kramat Djati, ketika dihubungi Wartakotalive.com, Kamis (16/4/2015).

Menurut Reisa, bisa saja saat pelaku meninggalkan korban, sebenarnya korban belum meninggal, tetapi tengah mengalami kondisi koma. Tetapi karena ada hal-hal yang memberatkan, akhirnya kematian terjadi juga.

Salah satu hal memberatkan adalah menyumpal mulut korban dan menaruh kabel rol di atas leher korban. Hal itu bisa membuat korban yang tengah koma perlahan jadi kehabisan oksigen dan meninggal.

Kemudian, Reisa, mengatakan masih ada Hal-hal memberatkan lain, seperti terjadinya pendarahan dalam leher, lalu apakah ada fraktur di leher korban, atau apakah ada robekan dalam pembuluh darah.

"Makanya harus dilihat hasil forensik secara keseluruhan itu," ucap Reisa yang pernah ikut dalam penanganan forensik korban tewas kecelakaan Sukhoi tahun 2012 lalu di RS Polri Kramat Djati.(Theo Yonathan Simon Laturiuw)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini