TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kapolrestro Depok, Komisaris Besar Ahmad Subarkah, gelagapan ditanya wartawan soal surat wasiat Akseyna Ahad Dori (18) yang hasil analisanya menunjukkan bahwa ada dua orang penulis surat wasiat tersebut.
Subarkah ditanya wartawan sesaat sebelum dirinya melepas jabatan Kapolrestro Depok di Main Hall Polda Metro Jaya, Jumat (22/5/2015).
"Satu, hanya satu penulis surat wasiatnya," ujar Subarkah.
Dia pun tak mau ditanya lebih jauh soal itu. Subarkah lekas masuk, padahal acara serah terima jabatan (Sertijab) itu belum dimulai. Bahkan beberapa petinggi polisi lain masih meladeni wartawan wawancara.
Padahal, sebelumnya, Grafolog Deborah Dewi menyampaikan bahwa berdasarkan analisanya, penulis surat wasiat Akseyna ada dua orang. Deborah menyampaikan hal itu kepada Warta Kota lewat e-mail.
Deborah mengatakan, ada dua bagian tulisan di surat wasiat itu. Bagian pertama identik dengan tulisan almarhum Akseyna.
Sedangkan tulisan tangan di bagian lain adalah milik orang lain. Selain itu, Deborah juga memastikan bahwa tanda tangan di surat wasiat Akseyna dibuat oleh orang lain.
Satuan Reskrim Polrestro Depok memang meminta Deborah menganalisa surat wasiat Akseyna sejak 5 Mei 2015. Polisi kemudian memberikan seluruh bahan pembanding kepada Deborah.
Selanjutnya Deborah merampungkan analisa itu pada Selasa (19/5/2015). Kemudian Ia mempresentasikannya di depan Penyelidik Satuan Reskrim Polrestro Depok pada Rabu (20/5/2015). Dan penyelidikan menerima dengan baik hasil analisa itu.
Kematian mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI) memang jadi misteri sampai kini. Ada sejumlah kejanggalan yang membuat polisi bingung apakah Akseyna mati dibunuh atau bunuh diri.
Salah satu kejanggalannya adalah ditemukannya surat wasiat oleh rekan Akseyna sebelum jenazah Akseyna teridentifikasi. Dan kini ternyata hasil analisa Grafolog Deborah Dewi, surat wasiat itu dibuat oleh dua orang, dan tanda tangannya bukan milik Akseyna.
Akseyna ditemukan tewas mengambang di danau Kenanga UI pada Kamis (26/3/2015). Dia ditemukan dalam posisi memakai tas berisi batu pemberat seberat 14 kilogram.
Lalu pada Minggu (29/3/2015), sebelum jenazah Akseyna teridentifikasi, seorang rekan Akseyna bernama Jibril datang ke kos Akseyna dan menemukan surat wasiat itu.
Makanya kemudian polisi menduga Jibril memiliki alibi dalam kasus ini. Sehingga polisi memilih menganalisa surat wasiat itu. Bahkan polisi sebelumnya sudah meminta Puslabfor untuk menganalisa, baru setelah itu meminta pula Grafolog Deborah Dewi untuk menganalisanya. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)