TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nellys Soekidi sudah berdagang beras selama 26 tahun di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur.
Selama itu, Nellys mengaku belum pernah menemukan ada beras sintetis atau beras yang dicampur dengan plastik yang dijual di Cipinang.
"Yang kita jual selama ini aman-aman saja. Saya 26 tahun (dagang beras) di Cipinang," ujar Nellys saat diskusi bertajuk 'Kejahatan Beras Sintetis', di Hotel Double Tree by Hilton, Jakarta, Sabtu (23/5/2015).
Nellys yang juga menjabat sebagai ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) mengatakan semua pedagang memiliki ikatan batin dengan para konsumennya.
Nellys mengaku tidak mau mempertaruhkan kredibilitas dirinya untuk ditukar menjual beras oplosan.
Apalagi, lanjut Nellys, beras itu tidak hanya dimakan oleh konsumen namun juga menjadi konsumsi pedagang itu sendiri.
"Saya usaha di Pasar Induk Cipinang, transaksi di Pasar Cipinang 300 ribu ton per hari. Sampai detik ini nggak ada korban yang makan beras di Cipinang yang tercampur plastik. Pelaku usaha pun punya tanggung jawab moral untuk memberikan penjelasan," ujar Nellys.
Nellys mewanti-wanti masyarakat agar tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa beras yang beredar adalah besar oplosan plastik.
Pasalnya, lanjut Nellys, beras yang lengket di tangan bukan berarti adalah sintetis. Bisa saja itu beras IR1, IR2, atau IR3.