Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Ketuk Pintu Layani dengan Hati diminta tak hanya mendata kesehatan warga tapi juga membantu Pemerintah DKI Jakarta mendata anak-anak yang tak mampu melanjutkan sekolah.
"Saya juga berharap tim ini bisa temukan anak-anak ini. Survei dari Bank Dunia ada 40 persen usia 15 tahun sampai 17 tahun enggak sekolah," ungkap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam pencanangan Gerakan Ketuk Pintu Lanyani dengan Hati di Rusun Pinus Elok, Cakung, Jakarta Timur, Minggu (24/5/2015).
Menurut Ahok, anak-anak yang putus sekolah yang bisa didata dengan baik bisa kembali bersekolah dengan suntikan dana Kartu Jakarta Pintar. Ia menyadari penghasilan Rp 2,7 juta per bulan seseorang tak bakal mampu menyekolahkan anaknya, sehingga dapat dibantu lewat KJP.
"Kebutuhan hidup seorang lajang di Jakarta Rp 2,5 juta. Jadi kalau punya anak sekolah SMP, SMA, apalagi swasta dengan biaya Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu per bulan, pasti anaknya putus sekolah," katanya.
Karena tingginya biaya hidup saat ini, Pemrprov DKI menggelontorkan dana Rp 2,7 triliun tahun ini untuk membiayai 489 ribu siswa mulai dari tingkat SD hingga SMA.
"Saya ingin anak-anak DKI yang tidak mampu punya bapak orangtua, makanya bapak orangtuanya itu pemda DKI untuk membeli buku," ungkapnya.