TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Anggota Komisi E DPRD DKI Jaya Steven Setiabudi Musa pada Selasa (30/6)melakukan kunjungan kerja ke dua sekolah sekaligus. Pertama, ke SMAN 19, dan berikutnya ke SMAN 33.
SMAN 19 berada di Jalan Perniagaan 31, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Kunjungannya ke SMAN 19 ini terkait dengan rencana renovasi atau revitalisasi dari bangunan yang sudah menjadi cagar budaya DKI Jakarta itu.
Sementara, menyangkut kunjungannya ke SMAN 33 yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat, pihak sekolah mengharapkan adanya bangunan laboratorium yang representatif.
Kemungkinan direalisasikannya laboratorium ini sangat terbuka dengan mengalih-fungsikan bangunan yang ada di bagian depan sekolah yang semula dialokasikan untuk kediaman camat Cengkareng.
"Sebenarnya saya terpilih menjadi anggota dewan ini dari Dapil Jakarta III yang mencakup beberapa wilayah di Jakarta Utara, diantaranya Penjaringan. Tetapi, setelah menjadi anggota dewan, saya bisa saja melakukan kunjungan kerja di luar konstituen saya," ungkap anggota dewan dari Komisi E yang membawahi kesra, diantaranya pendidikan, kesehatan, dan olahraga.
Steven Setiabudi Musa sebelumnya sudah melakukan kunker ke SMAN 75, Jakbar, SMAN 11 Kemanggisan, dan SMPN 19, Kebayoran Baru, Jaksel.
"Dari tiga sekolah itu, yang terbaik adalah SMPN 19, karena toiletnya saja seperti toilet di mal-mal, bersih dan harum," papar Steven.
Dalam kunkernya ke SMAN 19, yang berada dalam satu bangunan dengan tiga SDN, satu SMPN dan satu TK, jajaran pembina sekolah ini mengharapkan Steven Setiabudi Musa dapat membantu memberikan percepatan untuk renovasi kompleks sekolah yang kondisinya memang sudah sangat memprihatinkan.
Kompleks sekolah ini dibangun tahun 1900, meski baru dimanfaatkan tahun 1901. Mulanya ini adalah sekolah khusus masyarakat Tionghoa, dan dikenal sebagai Pahoa Tambora.
Almamater Pohoa Tambora atau juga dikenal dengan Tong Hoa Hwe Koan (THHK) banyak yang menjadi konglomerat, antara lain Soetjipto Nagaria dan Suryono Limputra.
"Usia sekolah ini bahkan lebih tua dari Boedi Oetomo." terang Drs. Emanuel Hari Wahyana, MM, Kepsek SMAN 19. Terkait. pergolakan politik di dalam negeri yang tidak kondusif bagi etnis Tionghoa, sekolah tersebut kemudian diambil-alih oleh pemerintah dan sejak 1966 menjadi aset Pemprov DKI Jaya.
"Sekarang 85% dari keseluruhan siswa adalah pribumi," terang Kepsek Drs.Emanuel Hari Wahyana, MM, yang baru satu setengah bulan di sana.
Setelah menjadi aset Pemprov DKI, SMAN 19 ini sudah melahirkan 47 angkatan terhitung semenjak 1966. LAB SMAN 33.
Dalam kunjungannya ke SMAN 33, Jalan Kamal Raya, Cengkareng, Steven Setiabudi Musa mendapatkan penjelasan dari Kepala Sekolah Dra. Hj.Cedar, yang sebelumnya kepsek di SMAN 111 Pluit dan SMAN 16, Palmerah.
"Saya baru sekitar satu bulan di sini, menggantikan pak Emanuel Hari Wahyana yang bertugas ke SMAN 19, Tambora," kata Hj.Cedar dalam silaturahmi yang juga dihadiri Camat Cengkareng Ali Maulana Hakim dan Wakil Camat Hendy Setyawan.
Di SMAN 33 ini ada kekurangan soal lab. Lab tidak boleh dipakai untuk sarana atau kegiatan belajar mengajar (KBM). Kebetulan rumah camat dibangun di atas lahan milik dinas pendidikan. Karena rumah dinas camat tidak efektif, maka dikembalikan ke dinas pendidikan.
Menurut camat Ali Maulana Hakim, rumah dinas camat yang diinginkan untuk dijadikan bangunan lab tersebut sebaiknya dibongkar dulu.
Nanti baru dibangun ruangan lab yang sinergi dengan pembangunan musholla. tb