TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama usai menerima Komunitas Ciliwung Condet mengungkapkan bila di bantaran sungai yang melintasi wilayah Jakarta tersebut banyak sekali aset DKI serta cagar budaya yang terlupakan.
"Dari zaman Ali Sadikin semua itu berantakan. Termasuk zaman Belanda itu di situ (Condet) ada Villa Nova. Keren banget villanya. Jadi maksud saya kenapa tidak kita ambil kembali. Jadi zamannya Belanda saja nih belakang Villa Nova Sungai Ciliwung. Ini terbakar tahun 1985 terus terbengkalai," ungkap pria yang akrab disapa Ahok di Balai Kota, Jumat (24/7/2015).
Ahok ingin membangun dan menata kembali bantaran Sungai Ciliwung seperti dahulu kala dengan menjadikan sungai dari arah Bogor tersebut sebagai aset, tempat wisata, konservasi, serta ekosistem.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarata dengan meminta bantuan TNi dari Kodam Jaya serta Koppasus membenahi Sungai Ciliwung dengan melibatkan komunitas-komunitas yang peduli terhadap Sungai Ciliwung serta intansi terkait.
"Jadi sebetulnya Ciliwung ini hartanya DKI loh di tengah. Kalau kita bisa bikin dia bagus, hijau ke hulu ke Condet, kita bisa kerja sama dengan Bogor, Cianjur. Jadi kalau komunitas dilibatkan bisa jadi tempat wisata nih Ciliwung. Kita harus bikin," ungkapnya.
Program Ahok menata Sungai Ciliwung sudah mulai dikerjakan sejak 2014 silam. Ia ingin sejarah Ciliwung menjadi pusat kehidupan mulai banyak dilupakan. Terutama agar warga yang berada di bantaran kali Ciliwung bisa dipindahkan ke Rumah Susun (Rusun) untuk penataan.
Tetapi tetap untuk wilayah hulunya Ahok ingin Sungai Ciliwung tetap alami tanpa ada sheet pile seperti program normalisasi yang ada di Jakarta.
"Alami begitu kan jadi bagus. Berarti tanah-tanah kita kuasai. Tidak mau sheet pile, sheet pile cuma d daerah kota. Daerah atas kita harus kuasai pinggir-pinggir sungai. Kalau tidak dikuasai kan didudukin orang nih, kalau dikuasai (pemerintah) bisa suruh dinas taman, pertanian, komunitas (peduli sungai Ciliwung) bisa masuk," ujarnya.