TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Malam itu 25 September 2014, Nurohmah (24) sangat khawatir suaminya tidak kunjung pulang ke rumahnya.
Padahal anaknya, Muhammad Ibrahim, sangat membutuhkan kehadiran ayahnya.
Baim, panggilan Ibrahim, tengah mengalami kejang. Hanya ayahnya yang mampu meredakan gejala tersebut.
Maklum anak pertama dari pasangan Dedi (34) dan Nurohmah itu lebih dekat dengan ayahnya ketimbang ibunya.
Akhirnya, Nurohmah pun bergegas mencari Dedi yang seharusnya sejak siang berada di pangkalan ojek dekat Pusat Grosir Cililitan (PGC). Namun, ia tidak menemukan Dedi.
"Saya tanya-tanya sama teman-teman suami saya, jawabnya pada enggak tahu. Akhirnya saya marah, enggak mungkin soalnya mereka enggak tahu, suami saya kan kerjanya bareng mereka," kenang Nurohmah saat ditemui di kediamannya, Rabu (29/7/2015).
Setelah itu, salah seorang teman Dedi menyarankan Nurohmah menanyakan keberadaan Dedi kepada orangtuanya yang tinggal tidak jauh dari PGC.
Nurohmah pun menyambangi rumah mertuanya itu.
Ia lantas terkaget-kaget suaminya diciduk polisi karena dituduh membunuh seorang sopir angkot.
Ia tidak yakin Dedi melakukan hal itu karena suaminya termasuk orang yang pendiam dan sering pulang awal.
"Kejadian itu (pembunuhan) terjadinya tanggal 18 September 2014. Saat itu sorenya suami saya sudah di rumah, jadi enggak mungkin melakukan itu. Polisi salah tangkap suami saya...," ujar Nurohmah.
Ia menuturkan, pelaku sebenarnya adalah Dodi yang berprofesi sebagai sopir angkot. Dodi dan Dedi, kata dia, memang memiliki perawakan mirip.
Namun keduanya tidak saling mengenal. Namun, apa daya, suara jeritan Nurohmah tidak didengar oleh kepolisian yang menangkap Dedi.
Tukang ojek itu pun ditahan di rumah tahanan Polrestro Jakarta Timur. Kemudian pemberkasannya diserahkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur.