TRIBUNNEWS.COM, BEKASI -- Evan Christoper Situmorang (12) sebelum meninggal dunia sempat mengeluh sakit di bagian betis dan kakinya. Evan meninggal setelah menyelesaikan Masa Orientasi SIswa (MOS).
Oleh Ratna Gumaroah, ibu kandungnya lalu dibawa ke Puskesmas Kaliabang Tengah. Saat diperiksa kadar asam urat miliknya, Evan berada di kisaran normal yakni 6,7 mg/dl. Kadar asam urat dianggap normal, bila berada di kisaran angka 3,5 sampai 7 mg/dl.
Kepala Puskesmas Kaliabang Tengah, Badruzaman menduga, Evan mengidap penyakit lain sebab, saat diperiksa, kadar asam urat miliknya normal.
Kecurigaan Badruzaman muncul, saat dia melihat jumlah leukosit (sel darah putih) Evan melebihi batas normal yang mencapai 10.000/mm3.
"Kami curiga ada infeksi di dalam tubuh, karena dari hasil pemeriksaan laboratorium jumlah leukosit Evan mencapai 13.000/mm3" kata Badruzaman pada Senin (3/8/2015).
Melihat hasil laboratorium, kata dia, pihaknya langsung menyarankan keluarga untuk membawa Evan ke rumah sakit guna diperiksa lebih lanjut.
Selain mengeluh sakit di bagian kaki dan betisnya, ujar Badruzaman, Evan juga mengeluh sakit di bagian perut. Saat perutnya ditekan, respon Evan langsung mengerang kesakitan. "Kami curiga ada infeksi di bagian perut atau ada usus buntu, makanya kami sarankan ke rumah sakit," katanya.
Badruzaman mengatakan, dalam pemeriksaan awal pada 22 Juli lalu, Evan memang mengeluh sakit di bagian kaki dan betisnya. Saat ditanya, Evan mengaku sakit setelah mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolah.
Dokter lalu menganggap Evan hanya kelelahan, sehingga dokter memberikan obat nyeri. Dokter juga menyarankan agar Evan kembali ke Puskesmas jika kondisinya belum juga membaik. "Karena kondisinya menurun, akhirnya dia datang lagi pada tanggal 28 Juli. Saat itu, kami periksa darahnya di laboratorium," jelasnya.
Setelah hasil laboratorium keluar, rupanya kadar asam uratnya normal. Namun kadar leukosit Evan melebihi angka normal dengan menembus 13.000/mm3. Lekosit kata dia, diduga terjadi akibat infeksi di dalam tubuh. Penyebabnya, bisa karena makanan yang dikonsumsi.
Dua hari kemudian atau Kamis (30/7/2015) siang, tak disangka Evan kejang-kejang.
Oleh keluarga, ia dibawa ke RS Ibu dan Anak Sayang Bunda yang tak jauh dari rumah. Namun pihak rumah sakit menolak dengan alasan peralatan di sana kurang lengkap, sehingga Evan dirujuk ke RS Cipta Harapan Indah dengan menempuh waktu perjalanan selama 40 menit.
Setibanya di rumah sakit tersebut, dokter menyatakan Evan telah meninggal dunia. "Dokter bilang anak saya meninggal di perjalanan. Evan meninggal dunia karena penanganan dokter telat, sebab saat di RS Ibu dan Anak Sayang Bunda ditolak," ujar Ratna Gumaroah, ibu kandung Evan. (Fitriyandi Al Fajri)