TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rutinitas kehidupan pencopet di Jakarta, ternyata tak jauh beda dengan para pekerja lain. Para pencopet ini juga harus bangun pagi untuk mengejar bus kota di terminal-terminal cukup ramai.
Sebut saja Tomo (25), pencopet yang sudah beraksi selama 25 tahun pun menceritakan kehidupan copet di Jakarta.
Menurut dia, tak sedikit orang menjadikan kejahatan tersebut sebagai profesi untuk melanjutkan hidup.
"Semua copet dari ikut-ikutan hingga jadi pekerjaan tetap," kata Tomo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (28/8/2015).
Menjadi copet sejak 1990, ia pun memulai dengan melakukan aksi penghadangan atau biasa dikenal 'pengerem'. Tugas tersebut untuk memperlambat korban saat hendak turun dari bus kota. "Baru (setelah itu) jadi pendesak dan eksekutornya," kata Tomo.
Pendesak tersebut bertugas memepet korban dari belakang. Sedangkan eksekutor untuk mengambil barang-barangnya. Setelah menguasai semua posisi tersebut dengan minimal waktu lima tahun, pencopet pun bisa membentuk kelompok baru.
Saat jadi pemimpin tersebut ia hanya bertugas sebagai penghadang. "Saya juga sekarang jadi pengerem saja," ucap Tomo.
Bertempat di Pulo Gadung, Tomo pun tak sendiri. Komplotan copet di sana cukup banyak. Sebelum komplotan melancarkan aksinya, mereka pun berjanjian untuk mengatur arah masing-masing agar tidak bentrok.
Mereka berkumpul di satu tempat yang semua orang, termasuk sopir bus kenal.
"Kenek atau sopir bus atau Kopaja dan metromini itu tahu kalau ada copet atau tidak di dalam bus mereka. Orang kenal semua kok, setiap hari ketemu," kata Tomo.(Kahfi Dirga Cahya)