TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) membentuk Tim Pengamanan Operasional untuk mengatasi kejahatan di bus Transjakarta.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pun telah meminta PT TransJakarta untuk meningkatkan keamanan. "Pelakunya selalu ketangkep kok. Tapi, keamanan tetap harus selalu ditingkatkan," kata Ahok, di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (8/9/2015).
Sementara, Direktur Utama PT TransJakarta, Antonius Kosasih, mengatakan, bahwa dalam kurun waktu Januari hingga September 2015, sudah terjadi beberapa aksi kejahatan.
"Dalam kurun waktu tersebut, terdapat lima sampai enam kasus pencopetan atau pencuriaan dan tiga sampai empat kasus pelecehan seksual. Tapi semuanya tertangkap," kata Kosasih, ketika dihubungi Warta Kota, Selasa (8/9/2015)
Menurut Kosasih, di setiap bus dan halte ditempatkan beberapa petugas keamanan. Untuk di dalam bus ditempatkan seorang petugas on board. Sedangkan di halte seorang petugas barrier.
"Jadi ketika ada penumpang yang merasa kecurian, kami langsung menghentikan bus dan menutup semua pintu. Kemudian, seluruh penumpang akan diperiksa. Pelakunya sudah pasti diketahui," jelasnya.
Para pelaku pun langsung dibawa ke kantor polisi terdekat untuk ditindaklanjuti secara proses hukum. Namun, Kosasih mengaku, dengan menerapkan sistem tersebut tidak serta merta, mengabaikan peningkatan keamanan.
Pihaknya, menurunkan ratusan petugas keamanan. "Kami sudah bentuk Tim Pengamanan Operasional 150 petugas. Mereka khusus untuk menangani copet, pencuri, ataupun pelecehan seksual di halte maupun bus TransJakarta. Mereka bertugas secara mobile, dari halte dan bus lainnya," katanya.
CCTV
Tak hanya itu, pihaknya juga akan memasang sebanyak tiga sampai lima unit Closed Circuit Television (CCTV) di dalam masing-masing bus.
Lalu dua unit CCTV di luar masing-masing bus. Untuk halte juga akan dipasang sebanyak dua sampai tiga CCTV. "Semua untuk pengadaan tahun ini. Sekarang sudah masuk dalam e-catalogue," katanya.
Sementara itu, Anggota DPRD DKI Jakarta, William Yani, mengapresiasi atas pembentukan tim tersebut. Namun, ia berharap, agar para tim diturunkan, khusus saat jam-jam sibuk.
"Kebetulan saya pengguna TransJakarta juga. Kalau jam-jam sibuk, seperti pada jam 7 pagi sampai 10 pagi, lalu jam 5 sore sampai jam 8 malam, itu harus diturunkan petugas keamanan tersebut." kata politisi PDIP itu di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Pasalnya, padatnya penumpang di jam sibuk itu, kerap dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk beraksi. Karena itu, petugas yang diturunkan, bisa meminimalisir aksi kejahatan tersebut. (Mohamad Yusuf)