News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ledakan di Alam Sutera

Kapolda Metro Nilai Unik Ledakan Bom Mall Alam Sutera

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi berjaga di depan kantin karyawan Mall Alam Sutera, Tangerang Kota, Banten, Rabu (28/10/2015). Ledakan di Mall Alam Sutera berasal dari toilet pria, di kawasan kantin karyawan. (Warta Kota/nur ichsan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolda Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian, menilai peledakan bom di Mall Alam Sutera merupakan sesuatu yang unik.

Sebab, aksi teror itu berbeda dengan peristiwa serupa yang pernah terjadi.

"Kasus ini dibanding kasus bom Bali dan sebelumnya, relatif kecil. Tetapi, ada beberapa hal unik," tutur Tito Karnavian di Mapolda Metro Jaya, Kamis (29/10).

Pelaku Leopard Wisnu Kumala (29) tidak terkait jaringan teror yang telah dipetakan aparat kepolisian. Pelaku tunggal dan motif bukan rangka ideologi, tetapi ekonomi melakukan pemerasan untuk mendapatkan uang.

Dia menjelaskan, pelaku mempelajari sendiri cara membuat bom dari internet. Tata cara melakukan teror mirip fenomena Lone Wolf atau serigala penyendiri. Melakukan kejahatan sendiri tanpa kelompok.

"Ini menarik bagi kepolisian. Di dunia dikenal Lone Wolf. Ini dilakukan sendiri, tetapi bukan dalam rangka ideologi lebih banyak ekonomi," kata Tito.

Meskipun meneror bermotif ekonomi, namun, menimbulkan ketakutan di masyarakat dan menjadi atensi publik. Selain pelaku melakukan kejahatan sendiri, bom sebagai alat melakukan teror juga berbeda dibandingkan peristiwa sebelumnya.

Menurut Mantan Kapolda Papua itu, bahan peledak yang digunakan jenis TATP. Bahan peledak mudah dibuat, tetapi sangat sensitif dan tidak stabil. Termasuk kategori high explosive. TATP ini kecepatan 5300 meter per detik dan berat sekitar 10 gram.

"TATP sangat berbahaya dan tidak stabil. Dapat dibuat dari komponen rumah tangga, salah satu tinner cat. TATP bom pertama kali terjadi di Indonesia. Ini yang menarik," kata dia.

TATP mudah meledak tanpa memakai detonator. Cukup paparan panas dan gesekan. Selain mudah dibuat, bom ini sulit untuk dideteksi. Contohnya, untuk masuk ke dalam pesawat bisa lolos X-Ray.

"Kasus TATP ini lah kemudian dibuat kebijakan khusus penumpang dilarang membawa lebih 100 ml cairan masuk ke dalam pesawat. Itu untuk menghindari bahan peledak TATP," tambahnya.

Atas perbuatan itu, pelaku disangkakan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Terorisme. Dia diancam hukuman pidana penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Ini merupakan 'Mother Of Satan'. Dua peristiwa besar menggunakan TATP di dunia terorisme dan antiterorisme. Pertama Shoe Bomber yang digunakan tersangka bernama Richard Reigh, warga negara Inggris, yang berangkat dari Paris menuju Miami tahun 2001. Dia mau membakar sepatunya yang berisi TATP dan digagalkan.

Peristiwa kedua di London pada 7 Juli 2005. Hanya digunakan 4,5 kilogram TATP terhadap bom di underground dan bom di bis London. Korban 52 orang meninggal dunia dan 700 lebih terluka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini