News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ayah Korban Dugaan Malapraktik di Bekasi Datangi Polda Metro Jaya

Penulis: Glery Lazuardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ibrahim Blegur, ayah kandung Falya Raafani (perempuan, 13 bulan), berkonsultasi dengan aparat kepolisian terkait kematian anaknya yang tidak wajar di Rumah Sakit Awal Bros, Bekasi.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ibrahim Blegur, ayah kandung Falya bayi berusia 13 bulan berkonsultasi dengan aparat kepolisian terkait kematian anaknya yang tidak wajar di Rumah Sakit Awal Bros, Kota Bekasi.

"Saya berkonsultasi dengan Dit Reskrimsus. Setelah tahu pasal-pasalnya apa, saya membuat laporan," ujar Ibrahim kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis (12/11/2015).

Setelah berkonsultasi, dia didampingi kuasa hukum berencana membuat laporan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya.

Laporan dilakukan setelah membuat surat somasi ke pihak rumah sakit. Sampai saat ini somasi itu tidak ditanggapi.

Selain melaporkan ke polisi, dia melaporkan pihak rumah sakit ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

"Sudah dikasih somasi, tetapi sampai batas waktu yang ditentukan tidak ada tanggapan," tutur Ibrahim.

Peristiwa berawal saat dia membawa anaknya ke rumah sakit itu. Dokter memvonis anaknya menderita dehidrasi ringan pada 28 Oktober 2015. Setelah satu hari perawatan, lanjut Ibrahim, kondisi putrinya sehat.

Pada tanggal 29 Oktober sekitar pukul 13.00 WIB, Ibrahim mengatakan putrinya disuntik antibiotik. Setelah disuntik antibiotik, Ibrahim mengatakan kondisi putrinya malah memburuk. Perut membengkak.

"Kata istri saya, disuntik antibiotik, itu jam 13.00 WIB pada 29 Oktober, pascadisuntik antibiotik badannya biru, bibir biru, badan dingin, perut bengkak. Saya tanya ke istri kenapa? katanya disuntik antibiotik," kata dia.

Ibrahim mengatakan, kondisi putrinya dinyatakan kritis pada 29 Oktober 2015 malam hari, dia mengaku tidak ada penjelasan dari rumah sakit hingga putrinya kritis dan masuk ruang ICU.

Di dalam ruang ICU, Ibrahim juga melihat perawatan minim. Setelah mendapat perawatan di ICU, Ibrahim mengatakan anaknya meninggal dunia pada hari Minggu, 1 November.

"Sampai detik ini saya tidak dikasih tahu, kenapa apa anak saya seperti itu (kritis,-red), padahal jam 12.00 WIB sehat. Sampai sekarang tak ada pemberitahuan penyebab meninggalnya," ujarnya.

Selain itu, dia mengaku, kesal dengan perlakuan rumah sakit. Sebab, hanya diberikan surat kematian tanpa ada penjelasan penyebab kematian anaknya tersebut.

Sementara itu, menurut Ibrahim, pihak rumah sakit menolak pembiayaan sebesar Rp 38 juta untuk perawatan anak. Pihak rumah sakit meminta keluarga untuk mengurus jenazah.

"Saya ini kaya binatang, cuma disodorin surat kematian. Surat kematian tanpa penjelasan, cuma disodorin, ambulan dikawal sama dua perawat sampai rumah," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini