TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Setiap memasuki musim penghujan, sejumlah jalan protokol di DKI Jakarta kerap tergenang. Di perempatan Kuningan, Jakarta Selatan, misalnya, genangan baru surut setelah dua hari. Di Jalan Jendral Sudirman, tepatnya di depan Ratu Plaza, saluran airnya tak berfungsi.
Selain faktor buruknya saluran air, perilaku buruk masyarakat yang kerap membuang sampah sembarangan juga turut memicu genangan akibat air hujan tidak bisa mengalir lancar menuju saluran atau kali.
Berdasarkan penelusuran Warta Kota, beberapa jalan protokol di Jakarta yang kerap tergenang antara lain Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jalan Jenderal Sudirman-MH Thamrin, hingga Jalan Medan Merdeka Selatan yang berdekatan dengan Istana Merdeka.
Di Jalan Jenderal Gatot Subroto, titik yang kerap tergenang antara lain di sekitar perempatan Kuningan dan depan halte Polda Metro Jaya.
Di Jalan Jenderal Sudirman, titik rawan genangan diantaranya di depan Ratu Plaza, kolong jembatan Semanggi hingga depan Wisma GKBI arah Bundaran HI, serta di depan Universitas Katolik Atma Jaya arah Semanggi.
Sementara di Jalan MH Thamrin, wilayah yang kerap tergenang diantaranya di depan Plaza Sarinah dan Gedung Bank Indonesia (BI).
Lalu di Jalan Medan Merdeka Selatan, titik yang kerap tergenang diantaranya di depan Gedung Danareksa. Lokasi lain yang juga akrab dengan genangan adalah di depan Hotel Mulia Senayan, Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat.
Seorang pedagang, Marsih (53), mengatakan, biasanya genangan di sekitar perempatan Kuningan baru surut dua hari usai hujan. Tak jarang pengendara sepeda motor harus mendorong kendaraannya karena mesinnya mati terkena air.
"Kalau hujan besar, banjirnya bisa sebetis orang dewasa dan surutnya lama. Motor banyak yang mogok dan bikin macet," tutur Marsih kepada Warta Kota, Rabu (18/11).
Menurut perempuan yang telah puluhan tahun berdagang di dekat perempatan Kuningan itu, petugas Dinas Bina Marga DKI Jakarta selalu memeriksa saluran air di sekitar lokasi menjelang musim penghujan, namun sejauh ini genangan tetap terjadi.
Sementara itu, pengguna Jalan Jenderal Gatot Subroto juga telah lama akrab dengan genangan di depan Polda Metro Jaya. Bahkan saat puncak musim penghujan, ketinggian genangan di lokasi itu bisa mencapai paha orang dewasa.
"Kalau sudah musim hujan di depan sini horor banget, deh. Banjir sepaha sampai motor dan mobil nggak bisa lewat. Kayaknya salurannya nggak berfungsi, karena tiap hujan pasti tergenang," ujar Valentinus (30), karyawan sebuah bank di sekitar Markas Polda Metro Jaya.
Menurut Jojon (39), daerah di sekitar Ratu Plaza juga kerap banjir karena saluran air tak berfungsi. Hal itu terjadi akibat banyaknya sampah di dalam saluran air, sehingga air tidak bisa mengalir. Dari pengamatannya selama ini, para pedagang kaki lima (PKL) memang kerap buang sampah ke dalam saluran air.
"Itu pasti gara-gara sampahnya tukang dagang. Kalau malam, sudah sepi mereka main buang sampah saja ke got. Makannya kalau hujan banjir," kata pria yang berprofesi sebagai tukang ojek itu.
Sedangkan di kolong Jembatan Semanggi, genangan terjadi karena kontur jalan yang cekung. Selain itu, buruknya saluran air membuat genangan terkurung, tidak bisa kemana-mana.
Sama halnya dengan wilayah di sekitar Plaza Sarinah. Kontur jalannya cekung, membuat air hujan yang menerpa jalan raya berkumpul di sekitar lokasi itu. Para PKL juga diduga turut andil terhadap terjadinya genangan. Karena mereka kerap buang sampah ke selokan.
"Ini jalannya memang nggak rata, makanya sering banjir kalau hujan. Pedagang juga sering buang sampah ke got," ujar Untung, seorang juru parkir.
Jangan asal
Di Jakarta, saat ini ada 1.085 buah saluran penghubung (PHB). Dari jumlah itu sebanyak 33 persen dalam kondisi tidak baik.
Upaya perbaikan sedang dilakukan oleh Dinas Tata Air DKI maupun Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Salah satunya adalah perbaikan saluran air sepanjang 50 meteran lebih di Jalan Gunung Sahari Raya, Pademangan, Jakarta Utara, atau bersebelahan dengan Kali Ciliwung. Perbaikan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU dan PR), Rabu (18/11). (gps/jhs/m2)