Laporan Edwin Firdaus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pilkada Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang diselenggarakan secara serentak bersamaan dengan daerah lainnya, tinggal dua hari lagi.
Sejumlah prediksi pun terus bermunculan mengiringi gemuruhnya proses pesta demokrasi di kota tersebut.
Pengamat politik Lembaga Kajian Politik Islam dan Pancasila, Yudha Firmansyah menilai tidak sulit menakar yang akan pemenang dalam Pilkada Tangsel. Itu terang dia karena peta kekuatan tiga pasangan calon sudah sering diuji dan dikaji.
"Indikatornya sederhana, hasil survei. Hasil survei beberapa lembaga menunjukkan tidak ada perubahan siginifikan. Incumbent (Airin-Benyamin) tetap unggul," ujarnya ketika dimintai pendapat, Senin (7/12/2015).
Menurut Yudha, pasangan Airin-Benyamin terlalu kuat untuk dikalahkan di Pilkada Tangsel. Pasalnya, pasangan ini memiliki infrastruktur politik yang solid serta tersebar merata di seluruh kecamatan hingga TPS.
"Saya lihat mereka sudah bekerja efektif sejak jauh hari. Di sinilah kuncinya kenapa walaupun pasangan ini sering diterpa isu negatif, di bawah tidak terjadi turbulensi pemilih," ujarnya.
Hal lain yang diperhatikan Yudha, yakni penampilan masing-masing Paslon ketika debat kandidat beberapa hari lalu. Menurutnya, perilaku tiap pasangan calon mencerminkan tingkat kepercayaan diri masing-masing atas gambaran hasil Pilkada.
"Saya tidak mau mengatakan bahwa mereka sudah sama-sama tahu hasilnya nanti. Tapi attitude mereka kira-kira mengarah ke situ," kata Yudha.
Calon Wali Kota Nomor Urut 1 Ikhsan Modjo, menurutnya, memang tampil agresif dan percaya diri. Terutama terlihat dari materi yang disampaikan acapkali menyerang Airin-Ben.
"Namun gaya komunikasi Ikhsan yang datar membuat serangan itu tumpul dan mudah dipatahkan," tegasnya.
Yudha berpendapat materi yang disampaikan Ikhsan dalam debat sebenarnya cukup bagus dan wajar-wajar saja. Akan tetapi menurut Yudha, Ikhsan seperti menganggap panggung debat sama dengan forum diskusi.
"Terlalu hati-hati. Perhatiannya lebih ke catatan dan Paslon nomor 3. Tidak tampak obsesi memengaruhi pilihan publik," urainya.
Begitu juga dengan calon Wali Kota Nomor 2, Arsid. Dalam penilaiannya, penyampaian Arsid terlalu normatif. Banyak hal yang disampaikan masih bersifat umum serta belum menyentuh tataran aksi dan implementasi.
"Terpenting, ia juga lupa debat itu adalah panggung kampanye untuk meyakinkan publik," tegasnya.
Justru hal beda ditaunjukkan Airin maupun Benyamin. Penampilan pasangan ini layaknya orang yang sudah tahu gambaran hasil Pilkada. Di samping tetap berusaha meyakinkan publik di atas panggung, mereka pintar mengendalikan diri.
"Tetap cool, kalem, percaya diri. Sama sekali tak terpancing dengan serangan," ujarnya.
Sikap demikian, sambung Yudha, sulit terjadi jika tidak didasari sebuah kesadaran dan keyakinan sebelumnya.
"Yakni, kesadaran bahwa dalam panggung debat mereka sebenarnya sedang berkomunikasi dengan publik, dan keyakinan bahwa mereka akan menang di Pilkada nanti," imbuhnya.