News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

'Wah Sudah 10 Tahun Metromini Ini Nggak Pakai Rem Tangan'

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Angkutan umum jenis Metromini rombeng alias butut masih saja berkeliaran di DKI Jakarta. Bus-bus yang secara kasat mata sudah tak laik itu, tetap saja beroprasi di jalan-jalan ibu kota dan tak jarang dikemudikan secara ugal-ugalan.

Untuk melihat kondisi bus yang pernah menjadi primadona di era tahun 70-an itu, Sabtu (12/12/2015) lalu, Warta Kota mencoba naik Metro Mini rute Ciledug-Grogol (B-92) dari putaran underpass Cileduk.

Awalnya sopir melaju pelan sampai pertigaan pojok, kemudian berbelok memasuki Jalan Joglo Raya. Di tengah perjalanan, tepatnya di seberang pool Blue Bird, tiba-tiba sopir memacu kendaraannya karena di belakangnya ada bus dengan trayek sama mau menyusul. Bemper belakang yang sudah copot sebelah terdengar berisik karena potongannya menempel ke jalan.

Di dalam bus, Warta Kota yang duduk di belakang sopir menyaksikan ulah pengemudi yang ugal-ugalan, tak memperhitungkan bahwa jalur yang dilaluinya sempit dan padat kendaraan.

Kondisi kursi di bus ini sudah pada copot murnya. Sementara alas mobil sudah pada bolong-bolong alias rombeng sehingga kalau melihat ke bawah melalui lubang itu, jelas terlihat besi gardan.

"Mas, sudah nggak ada rem tangannya bus ini," tanya Warta Kota kepada sang sopir.

"Wah sudah sejak 10 tahun lalu juga nggak pakai rem tangan," katanya enteng.

Yang mengkhawatirkan, alat kemudi (setir)-nya pun sudah karatan dan longgar. Dasboardnya sudah tak ada, benar-benar mengancam keselamatan penumpang.

Seorang penumpang yang setiap hari mondar-mandir menggunakan bus B-92 mengakui memilih angkutan ini karena keterpaksaan. "Nggak ada pilihan lain, ya terpaksa. Kalau sudah ngebut saya suka sport jantung," ucap Yani (45), warga Mencong, Ciledug.

Ihwal minimnya keamanan bus Metromini itu diakui Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansah, baru-baru ini. Selain kondisi bus yang sudah tidak lain jalan, pengemudi kebanyakan tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) B1 untuk mengemudikan angkutan umum.

Dua pekan terakhir ini, bus-bus yang tak lain jalan mulai dirazia dan dikandangkan. Pantauan Warta Kota, puluhan personel Sudinhubtrans Jakarta Selatan dan petugas Terminal Pasar Minggu, misalnya, merazia Metro Mini dan angkutan umum lainnya di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (10/12) pekan lalu. Satu per satu kendaraan dan pengemudi angkutan umum ini diperiksa petugas.

Pantauan Warta Kota, seorang pengemudi Metro Mini, Ahmad Tohir (35) hanya bisa menunjukan surat tilang yang akan berakhir pada 18 Desember mendatang. Kemudian, Tohir pun berani mengendarai busnya meski tanpa rem tangan.

"Rem tangannya kagak ada, pak. Jadi, kalau mau berhenti agak lama kita ganjal pake botol," kata Tohir kepada petugas Dishubtrans.

Razia serupa juga dilakukan di Jakarta Barat. Diantaranya di Terminal Kalideres, Terminal Grogol, Kebon Jeruk, dan Cengkareng. Pengemudi angkutan umum juga dicek mulai adari kartu tanda pengenal pengemudi, SIM, STNK, dan fisik kendaraan. Bus-bus yang sudah tak layak langsung dikandangkan.

Kepala UPT Terminal DKI Banjar Nahor mengakui razia terhadap Metro Mini akan terus dilakukan. Karena memang banyak aksi ugal-ugalan para pengemudi dan harus ditindak petugas. "Jadi, tidak ada kompromi lagi bagi para pengemudi Metro Mini yang membandel," ucapnya.

Karenanya, kata dia, kebanyakan pengemudi Metro Mini dibawah umur. Kalau terjadi kecelakaan lalu lintas yang disalahkan Dishubtrans DKI. "Kalau kedapatan ada anak dibawah umur membawa Metromini langsung dikandangkan," ungkapnya.

Sopir mengeluh

Sementara itu, Jumat (11/12) pekan lalu cuaca di Pool Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat cerah. Panas terik matahari membuat kulit terbakar. Usai Salat Jumat, Pool Rawa Buaya ini didatangi para sopir Metro Mini. Mereka menggerutu satu sama lain duduk di lantai kantor Sudin Dishubtrans yang berada di areal pool tersebut.

Mereka menyambangi pool itu berniat mengambil Metro Mini yang dikandangkan petugas Dishubtrans. Puluhan sopir itu terlihat berang serta mengeluh saat ingin mengambil Metro Mini yang biasa digunakannya untuk menarik penumpang.

Sahar (38), sopir Metromini B-91 jurusan Batusari-Tanah Abang memperlihatkan kekesalannya di Pool Rawa Buaya. Metro Mini miliknya terjaring razia oleh petugas lantaran tak memenuhi kelayakan.

"Ini gila memang. Saya baru tiga hari lolos uji Kir, eh malah Metro Mini saya dikandangin karena kata petugas tidak layak," ujar Sahar dengan suara tinggi ketika ditemui Warta Kota di Pool Rawa Buaya.

Ia mengungkapkan alasan personel Sudin Dishubtrans Jakarta Barat mengandangkan Metro Mini karena ada masalah pada kendaraan. Sahar mengatakan, menurut petugas rem Metro Mini miliknya tak berfungsi dengan baik.

"Kan aneh jadinya. Ini siapa yang salah. Saat lolos uji Kir enggak ada kendala apa-apa, eh saat dirazia remnya bermasalah," ungkapnya.

Sedangkan Nana (52), sopir Metro Mini S-75 jurusan Pasar Minggu-Blok M juga tampak murung. Ia harus meminjam uang sekitar Rp 1.000.000 demi menebus Metro Mini miliknya.

"Tebusnya ya sekitar Rp 1.000.000-an. Saya pinjam uang ke teman, bayarnya nyicil," kata pria yang mengenakan topi ini.

Dirinya terpaksa melakukan hal itu untuk kelangsungan hidup keluarganya. Ia sudah lebih tiga hari tak bekerja lantaran Metro Mininya dikandangkan petugas.

"Seharusnya perhatikan kami juga, dong. Kami juga kan punya keluarga. Anak dan istri kami mau makan apa kalau enggak narik," tutur Nana sembari memegangi surat tilang berwarna merah muda.

Nana terjaring razia aparat karena tak ada speedometer pada Metro Mininya. Dia merasa bingung dengan tindakan petugas itu.

"Metro Mini saya kan sudah ada sejak tahun 1970-an. Ya memang dari dulunya juga Metro Mini punya saya itu enggak ada speedometernya. Eh malah dibawa petugas," imbuhnya.
Tak hanya Sahar dan Nana yang mengeluarkan uneg-unegnya di Pool Rawa Buaya. Anwar (40) rekan seprofesinya turut mengoceh terkait permasalahan ini.

"Ini gara-gara kejadian Metro Mini yang tertabrak KRL di Angke dan menyebabkan banyak penumpang tewas beberapa hari lalu. Jadinya, petugas melakukan razia terhadap Metro Mini. Saya jamin kalau dalam uji kelayakan, hanya 10 persen saja Metro Mini yang lolos razia. Sekarang banyak juga Metro Mini yang bobrok pada ngumpet," papar Anwar.

Pantauan Warta Kota di lokasi, ratusan Metro Mini yang dikandangkan ini menumpuk di Pool Rawa Buaya. Kendaraan tersebut berjajar rapi terparkir di depan halaman kantor Sudin Dishubtrans Jakarta Barat. (dik/bin/jhs)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini