TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dikin, seorang sopir Metromini mengaku Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selalu mencari-cari kesalahan.
Selama sembilan tahun mengendarai bus berwarna merah itu, dia merawat kendaraan secara rutin.
"Setiap pagi di cek mesin, oli, dan air radiator. Cari-cari alasan saja," tutur Dikin, sopir Metromini S 71 jurusan Blok M-Bintaro Kodam kepada wartawan ditemui di Terminal Blok M, Jakarta Selatan Sabtu (19/12/2015).
Dia menilai kesulitan hidup sebagai sopir bus. Hal ini karena awak Metromini hanya mendapatkan uang dari setiap tarikan.
Jadi masing-masing orang berupaya mendapatkan penumpang sebanyak mungkin.
Sehingga, kata dia, terkadang sopir mengemudikan mobil secara ugal-ugalan.
Sebab, apabila tidak seperti itu maka mereka hanya mendapatkan uang dalam jumlah sedikit.
Ini berbeda dengan sopir bus Trans Jakarta yang digaji setiap bulan.
"Kalau ugal-ugalan, kami tidak begitu tidak dapat uang. Mencari duit emang gampang, susah. Kayak orang dagang lagi ramai, ramai. Per tarikan," kata dia.
Dia merasa kasihan melihat penumpang bus Metro mini yang telantar.
Namun, sopir bus tetap akan melakukan aksi tolak mengangkut penumpang sampai pemerintah memberikan solusi yang jelas mengenai keberadaan sarana transportasi itu.