Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua dari 10 tersangka yang dibekuk polisi dari dua klinik kawasan Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta, berperan sebagai dokter yang melakukan aborsi ilegal.
Keduanya terbilang kontradiksi.
Muhammad Najib alias MN adalah dokter umum yang telah berusia 75 tahun.
Sementara, seorang lainnya, SAL alias Marijo alias IM adalah dokter gadungan karena hanya lulusan SMP.
Najib melaksanakan praktik aborsi ilegalnya di klinik Jalan Cisadane Nomor 19.
Ia mengaku baru empat tahun melakukan praktik medis haramnya.
Meski sudah kakek-kakek, dokter Najib terbilang laris dalam mendapatkan pasien.
Polisi baru bisa menangkap Najib pada Senin (22/2) dini hari. Sementara, tempat praktiknya telah digerebek pada Jumat (19/2).
Dari pemeriksaan sementara, diketahui Najib yang telah berusia 75 tahun itu mempunyai beberapa anak dan banyak cucu.
"Pemeriksaan terhadap dokter MN terbilang lancar. Meski usianya 75 tahun, dia masih bisa jawab pertanyaan penyidik. Tapi, memang kami dalam pemeriksaan terhadap dia harus hati-hati, karena beliau punya riwayat penyakit jantung. Cucunya banyak," kata AKBP Adi Vivid.
Dokter gadungan Marijo terlibat praktik aborsi di klinik Jalan Cimandiri Nomor 7 atau sekitar 30 meter dari klinik tempat praktik dokter Najib.
Kepada penyidik, Marijo mengaku telah beberapa kali melakukan aborsi terhadap pasiennya.
Ia bisa melakukan praktik medis tersebut karena awalnya dirinya bertugas sebagai asisten dari dokter Najib.
Setelah beberapa kali terlibat membantu bosnya itu, Marijo dengan sendirinya mampu melaksanakan aborsi sendiri.
"Jadi, awalnya dia disuruh sama dokter Najib dan belajar dari dokter Najib. Selanjutnya dia bisa melakukan aborsi sendiri," terang Adi.
Kini, polisi memburu empat orang yang diduga kuat terlibat praktik di dua klinik tersebut.
Informasi yang dihimpun Tribun, mereka adalah dokter Ihsan Oesman alias IU selaku dokter yang mempunyai izin praktik di klinik yang ditempati oleh dokter Najib, seorang pengelola klinik, asisten dokter dan calo.
"Untuk DPO (daftar pencarian orang) ada tiga atau empat orang. Tapi, tidak bisa kami sebutkan. Yang jelas kami akan kembangkan," lanjutnya.