Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM -- ANDRI (50) tidak menyangka 15 menit menjelang berakhirnya terapi hiperbarik oksigen, satu dari tiga chamber atau ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) yang berada di gedung hiperbarik RS TNI AL Mintohardjo, Jakarta akan terbakar dan menewaskan empat orang, pada Senin (14/3).
Sekitar pukul 13.00 Wib, ia yang sedang duduk di ruang tunggu gedung hiperbarik kaget melihat asap hitam keluar dari chamber yang terbuat dari baja tersebut. Ia panik lantaran ruangan sedikit bergetar dan belasan orang yang berada di hiperbarik center berhamburan keluar.
Disaat orang berlarian menjauhi chamber dan gedung hiperbarik, ia ingat kerabatnya yang menjalani terapi oksigen masih berada di dalam chamber yang letaknya bersebelahan dengan yang terbakar.
Menurutnya di RS AL Mintohardjo terdapat empat chamber. Tiga chamber berada dalam satu gedung dengan posisi berderetan dan satu chamber berada di gedung terpisah.
"Saya teriak-teriak kepada perawat dan petugas yang ada di sana, bahwa masih ada orang di dalam tabung terapi yang harus di keluarkan," katanya.
Kemudian menurutnya, satu diantara beberapa petugas yang sedang mengevakuasi dan memadamkan api dengan APAR menghampirinya.
Petugas tersebut memberitahukan jika chamber tidak bisa dibuka begitu saja, lantaran di dalamnya terdapat udara bertekanan tinggi. Apabila di buka secara mendadak akan memperburuk keadaan karena api akan menyambar.
"Dalam diri saya sebenarnya ingin membuka tuas sendiri tapi kata petugas ada SOP nya ( stadard operated procedure), udara di dalam tabung (chamber) harus dikeluarkan secara perlahan dulu, baru pintu bisa dibuka dan orang-orang yang berada di dalamnya bisa keluar," paparnya.
Andri mengaku was-was saat menunggu petugas menjalankan prosedur mengeluarkan 12 pasien terapi yang salah satunya adalah kerabatnya tersebut. Ia takut chamber yang letaknya di sebelah kanan yang terbakar tersebut mengalami kejadian serupa.
Saat menunggu tersebut Andri mengaku melihat paniknya orang-orang yang berada di dalam hiperbarik center. Mereka ada yang keluar dengan memecahkan kaca gedung, ada pula yang berlarian mengambil tabung pemadam kebakaran.
Beberapa menit setelah itu, kerabatnya akhirnya berhasil dikeluarkan bersama 11 orang pasien lainnya. Mereka dikeluarkan melalui pintu darurat tabung yang letaknya di belakang. Petugas langsung mengevakuasinya ke instalasi gawat darurat.
Tidak Terdengar Teriakan
Andri mengaku saat kebakaran terjadi tidak terdengar suara atau teriakan sedikitpun dari dalam chamber Miangas yang letaknya di tengah diapit dua chamber lain tersebut.
Hal itu lantaran chamber dibuat kedap suara. Namun menurutnya saat awal kebakaran terjadi ia sempat melihat dari luar jika empat orang yang tewas di dalam chamber itu sempat berdiri dan sudah dalam keadaan terbakar alias gosong.
"Saya lihat mereka sempat berdiri, namun kemudian tidak terlihat lagi karena terhalang asap di dalam," paparnya.
Selain mengakibatkan getaran, kebakaran di dalam tabung yang berisi udara bertekanan tinggi tersebut juga menyebabkan semburan angin kencang keluar dari dalam chamber. Bahkan menurutnya semburan angin tersebut bersuara dan menyebabkan beberapa kaca pecah.
Ia mengaku tidak melihat proses evakuasi keempat korban tewas setelah kebakaran terjadi, lantaran ia dirawat karena kakinya terkena serpihan kaca. Namun menurutnya setelah kejadian, beberapa ambulans silih berganti masuk-keluar rumah sakit.
"Setelah kejadian, rumah sakit sempat ditutup dan saya lihat banyak sekali petugas berseragam POM," paparnya.
Terapi Oksigen yang Ketiga
Andri menuturkan saat kebakaran terjadi Senin kemarin, ia sedang mengantar kerabatnya menjalani terapi oksigen untuk ketiga kalinya. Kerabatnya tersebut dirujuk menjalani terapi oksigen 7-10 kali karena adanya syaraf yang terganggu.
"Diperiksa dulu di rumah sakit di Jakarta Timur, lalu dirujuk kesni," katanya.
Terapi oksigen tersebut harus dilakukan setiap hari. biaya sekali terapi sebesar 300 ribu. Di RS TNI AL Mintohardjo terdapat dua layanan terapi oksigen, yakni VIP yang biayanya Rp 1,5 juta per sekali terapi dan kelas biasa yang tarifnya Rp 300 ribu untuk sekali terapi hiperbarik.
"Biaya tersebut berlaku untuk hari biasa. Karena Sabtu-Minggu harganya lebih mahal," paparnya.
Menurut Andri perbedaan layanan kelas tersebut terdapat pada tabung atau chamber yang digunakan terapi. Untuk yang VIP, chamber ukurannya lebih tinggi dan diisi empat orang. Sementara yang biasa atau reguler selain lebih pendek, chamber diisi 12 orang dalam satu kali terapi. Menurutnya kebakaran yang terjadi Senin lalu terjadi di chamber kelas VIP.
Di RS TNI AL Mintohardjo sendiri dalam satu hari terdapat tiga sesi terapi. Satu sesi terapi lamanya 1,5 hingga 2 jam. Kebakaran terjadi saat sesi terkahir terapi.
"Mulai dari pagi jama 8 an, dan kemarin kebakaran terjadi saat sesi terkahir mau selesai," paparnya.
Saat terapi oksigen dilakukan, kerabatnya yang menjalani terapi dilarang membawa benda-benda logam. Handphone tidak boleh dibawa dan cincin, kalung, serta gelang harus ditanggalkan. Biasanya menurut Andri, waktu dihabiskan kerabatnya dalam menjalani terapi dengan membaca buku atau koran.
"Di dalam paling membaca buku atau koran sambil mengunyah permen," paparnya.
Andri mengatakan selain 12 pasien dalam chamber kelas biasa yang digunakan kerabatnya tersebut, terdapat satu operator atau petugas jaga yang menemani. Operator tersebut membantu apabila ada keluhan yang dialami pasien saat menjalani terapi.
"Ada satu petugas yang membantu apabila alat dipasang tidak pas. Makanya itu yang disesalkan adalah kenapa di yang VIP saat kebakaran terjadi Senin kemarin tidak ada operator" katanya.
Kata Andri saat ini kerabatnya tersebut masih dirawat di RSAL Mintohardjo. Terapi oksigen yang dijalani berhenti sementara. Selain pihak rumah sakit menutup sementara layanan medis tersebut, keluarganya mengalami trauma setelah melihat kejadian dua hari lalu itu.
"Sekarang masih dirawat, dan mengalami trauma," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama M Zainuddin menjelaskan soal kegunaan tabung chamber. Menurut dia, tabung chamber diperuntukkan untuk pengobatan Hiperbarik Oksigen (HBO).
"Pengobatan Hiperbarik Oksigen untuk pertama kalinya digunakan untuk penyakit dekompresi atau decompression sickness. Selama ini memang (chamber) digunakan oleh penyelam-penyelam TNI AL," kata Zainuddin.
Menurutnya dekompresi adalah suatu penyakit yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan udara atau naik ke permukaan secara mendadak.
"Namun saat ini pemakaian HBO dengan chamber juga dimanfaatkan untuk penyembuhan berbagai penyakit klinis lainnya,"pungkasnya. (fik/wly)