TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Jalan panjang menuju penertiban kawasan Dadap Cheng In, Kabupaten Tangerang. Warga setempat melakukan perlawanan sporadis kepada aparat saat hendak melayangkan SP-2 rencana penggusuran pada Selasa (10/5/2016) lalu.
Masyarakat yang mayoritas sebagai nelayan ini mengaku tak bekerja selama sepekan untuk berjaga - jaga di kawasan Dadap tersebut.
Hendri (30) satu dari warga Dadap Cheng In mengungkapkan dirinya beserta warga lainnya tak berlayar selama seminggu ini. Untuk menutupi kekurangannya itu ia pun harus pinjam ke sana ke sini.
"Kami ini mayoritas nelayan, selama urusan penggusuran belum beres dan merugikan kami, kami enggak bekerja jaga - jaga di kampung ini. Sudah seminggu di rumah, dari pemberian SP-1, makanya gali lubang tutup lubang karena enggak ada penghasilan masuk," ujar Hendri saat ditemui Warta Kota di Dadap Cheng In pada Kamis (12/5/2016).
Lelaki berusia 30 tahun ini mengatakan biasanya dalam sehari dirinya melaut bisa meraup hasil sekitar Rp. 500.000. Itu pun jikalau hasil tangkapan ikannya sedang beruntung.
"Paling besar pendapatan bisa Rp. 500.000 sehari, kalau sepi cuma Rp. 70.000 saja," ucapnya.
Penghasilan Rp. 70.000 saja hanya habis untuk keperluan berlayar. Seperti akomodasi bahan bakar serta keperluan lainnya dalam menangkap ikan.
"Biasanya hasil ikannya yaitu ikan tuna dan kerapuh yang bisa langsung dijual cepat," katanya.
Warga Dadap Cheng In sendiri juga mempunyai koperasi nelayan. Mayoritas warga yang rencananya akan digusur sudah menjadi anggota koperasi nelayan di kawasan Dadap ini.
"Selain ada koperasi, kami juga punya kapal atau perahu sendiri untuk melaut," paparnya. (Andika Panduwinata)