TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Panca Marga (PP PPM) Abraham Lunggana alias Haji Lulung turut hadir dalam acara Simposium Anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diselenggarakan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
Lulung juga mengakui kehadirannya karena merasa terpanggil sebagai anak tentara.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyinggung kejatuhan Presiden Soeharto yang disebabkan oleh kelompok yang mengatasnamakan komunis.
"Berhentinya Pak Soeharto merupakan kehilangan bangsa Indonesia," ujar Lulung, Rabu.
"Karena berhentinya Pak Soeharto merupakan keinginan kelompok-kelompok masyarakat yang mengatasnamakan bangsa Indonesia, tetapi dikendalikan negara kapitalis dan komunis," kata dia.
Ia pun mengapresiasi penyelenggaraan simposium tersebut sebagai gerak cepat untuk mengatasi berkembang serta bangkitnya ideologi komunis. Namun, ia juga mengapresiasi Simposium 1965 yang diselenggarakan beberapa waktu lalu di Hotel Arya Duta.
"Yang terpenting adalah bersama-sama kita mengantisipasi dan jangan memberikan ruang bagi kebangkitan paham komunis ini di Indonesia," tutur Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta itu.
Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998. Ketika itu, Soeharto dalam kondisi yang terpojok.
Dia ditinggalkan oleh kawan-kawan politiknya, didemo besar-besaran oleh mahasiswa, dan diprotes oleh menteri-menteri yang baru diangkatnya yang memilih mundur.
Tuntutan akan reformasi begitu besar hingga akhirnya Soeharto menganggap hari itu adalah waktu yang tepat untuk meletakkan jabatannya. Dia pun menunjuk BJ Habibie, ketika itu menjadi Wakil Presiden, untuk menggantikannya.
Penulis: Nabilla Tashandra