TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah bercat hijau dengan pagar besi hitam lebih dari setengah meter berdiri mencolok dibandingkan yang lainnya di Kampung Buaran, Lembang Sari, Tambun Selatan, Bekasi.
Bagaimana tidak, rumah tersebut terdiri dari dua lantai dengan dinding pagar dari batu pualam. Di banding rumah lainnya yang hanya satu lantai, rumah tersebut terbilang megah.
Rumah tersebut merupakan milik Safrizal, pria yang dicokok Direktorat Tindak Pidana Khusus Mabes Polri, Selasa (21/6/2016) pekan lalu karena diduga menjadi bagian jaringan pembuatan vaksin palsu.
Safrijal Dicokok Selasa (21/6/2016) malam pekan lalu di rumahnya.
Pada waktu hampir bersamaan di tempat berbeda, pasangan suami istri Hidayat Taufiqurahmandan-Rita Agustina ditangkap di rumahnya dengan barang bukti 36 dus vaksin palsu.
Menurut Ketua RT setempat, Suparman, Safrizal tinggal di rumah tersebut bersama istri dan tiga anaknya. Ketika penangkapan hanya Safrijal yang digelandang ke kantor polisi.
"Dia saja (Safrijal) yang dibawa polisi, yang lainnya enggak," ujar Suparman kepada Tribunnews, Selasa (28/6/2016).
Saat disambangi penghuni rumah tidak ada satu pun yang keluar. Padahal di bagian depan tampak beberapa pasang Sandal di teras depan.
Terdapat satu mobil Avanza putih terparkir di garasi rumah. Terdengar suara obrolan dari dalam rumah yang dibangun dengan gaya minimalis tersebut.
Menurut Kosim, warga setempat, sejak penangkapan keluarga Safrijal menjadi jarang keluar rumah. Hanya pembantu perempuannya sesekali tampak ke luar rumah.
"Susah mas, diketuk berkali-kali juga engga akan ke luar," katanya.
Rumah Safrizal di Kampung Buaran, Lembang Sari, Tambun Selatan, Bekasi.
Dikenal Sebagai Kontraktor
Tidak ada satu pun warga yang curiga dengan Safrijal yang memiliki rumah dua lantai di tengah perkampungan.
Menurut Suparman saat pertama kali pindah kurang lebih tiga tahun lalu, Safrijal memperkenalkan diri sebagai seorang kontraktor.
"Dia ngakunya kontraktor dan warga di sini mengenalnya sebagai seorang kontraktor," kata Suparman.
Begitu pun ketika setiap hari sejumlah orang menggunakan mobil mendatangi rumah Safrijal. Warga tidak curiga karena menurut pengakuannya, ia memiliki usah konveksi.
"Selain itu punya usaha konveksi, jadi ketika ada orang masuk ke rumah, engga ada yang curiga," katanya.
Suparman mengaku kaget ketika belakangan diketahui warganya tersebut terlibat usaha ilegal. Meski ia melihat langsung Safrijal dicokok polisi, ia baru tahu kasus yang membelitnya yakni pemalsuan vaksin.
"Saya kaget baru tahu setelah nonton berita, dan kasusnya pemalsuan vaksin," paparnya.
Menurut Suparman, pada Selasa malam pekan lalu, sejumlah polisi mendatangi rumah Safrijal. Persis setelah salat tarawih, pada Selasa malam Safrijal langsung dibawa polisi dari rumahnya.
"Usai tarawih dibawanya, saya engga tahu di dalamnya ngapain saja," katanya.
Sementara itu menurut Kosim, selama tiga tahun tinggal di lingkungannya, keluarga Safrijal tergolong tertutup. Safrijal keluar rumah hanya untuk salat berjamaah.
"Saya tidak begitu kenal karena orangnya tertutup' katanya.
Kosim mengira tertutupnya Safrijal, lantaran kesibukannya sebagai kontraktor dan pengusaha konveksi. Lantaran hampir setiap hari selalu datang orang ke rumahnya.
"Biasanya kalau ada warga tertutup di sini warga selalu bertanya-tanya, tapi karena dia mengaku punya konveksi jadi ya engga curiga, apalagi selau ada mobil box terparkir di depan rumahnya," kata Kosim.