TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Resepsionis Cafe Olivier Grand Indonesia, Resmiati mengungkapkan sempat terjadi penurunan jumlah pelanggan cafe secara drastis.
Bahkan pernah satu hari dalam satu pekan pertama tewasnya Wayan Mirna Salihin di restoran mewah itu, hanya ada dua orang pelanggan yang datang.
"Orang lewat cuma tunjuk-tunjuk saja. Kami sempat binggung, terlebih masalah gaji pegawai," kata Resmiati saat memberi kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (28/7/2016).
Namun, sebut Resmiati, pihaknya terus berusaha mengembalikan kepercayaan konsumen dengan menjelaskan bahwa masalah bukan bersumber dari mereka.
Hal serupa juga disampaikan Agus Triyono selaku pelayan dalam sidang sebelumnya.
Dia menyebutkan memang ada penurunan pelanggan beberapa pekan setelah kasus kopi bersianida itu mencuat ke publik.
"Lambat laun pelanggan mulai percaya lagi dan jumlah tamu stabil lagi," kata Agus saat memberikan kesaksian di Ruang Sidang Kartika 1 Pemgadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016).
Terkait penjualan minuman yang ditenggak Mirna sebelum meregang nyawa, es kopi vietnam, dituturkan pegawai Olivier lainnya malah meningkat.
"Orderan kopi malah meningkat," kata pegawai Olivier, Marlon Napitupulu, dalam kesempatan yang sama.
Kasus kopi sianida Mirna bermula pada 6 Januari silam.
Saat itu, Mirna bertemu dengan teman semasa berkuliah di Australia, Jessica Kumala Wongso di Cafe Olivier Grand Indonesia.
Jessica yang datang terlebih dahulu memesankan es kopi vietnam untuk Mirna.
Tidak lama setelah minum kopi itu, Mirna kejang dan mengeluarkan busa dari mulut.
Meski sempat ditangani dokter, alumni Billy Blues College of Design Australia itu akhirnya dinyatakan meninggal di Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta.
Belakangan diketahui kopi tersebut mengadung sianida.
Jessica pun ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya dan kini tengah menjalani proses persidangan.(*)