TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar menilai adanya oknum polisi yang menjadi calo SIM karena terpengaruh budaya hedonisme di lingkungannya.
Menurut dia, lingkungan bisa membentuk pribadi seseorang dalam hal gaya hidupnya.
"Itu bisa saja karena pengaruh lingkungan atas orientasi hedonisme (memuja materi) kuat," ujar Bambang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/8/2016).
Bambang menambahkan, di sisi lain, oknum yang menjadi calo juga memiliki mental yang rendah.
Selain itu, ia menilai pengawasan terhadap anggota lemah, sehingga hal itu dimanfaatkan oleh oknum untuk berbuat curang.
"Di sisi lain mentalnya memang lemah dan juga pengawasan terhadap aparat juga saat ini lemah," ucapnya.
Bambang pun menyayangkan adanya anggota polisi yang menjadi calo, menurut dia seharusnya sebagai aparat penegak hukum tidak boleh menyalahgunakan wewenang.
Ia menegaskan dengan alasan apapun, aparat kepolisian tidak boleh menyalah gunakan jabatannya.
"Sebagai aparat penegak hukum prosedur pelayanan publik polisi harus menjaga, tidak boleh dipermainkan ataupun diperdagangkan," kata Bambang.
"Maka kalau ada oknum polisi menjadi calo SIM itu bertentangan dengan tugasnya. Dengan dalih apapun salah, kalau atasannya membiarkan juga salah," lanjutnya.
Bripka Triyanto ditangkap tim khusus (Timsus) Satpas SIM Daan Mogot, Jakarta Barat, lantaran telah melakukan penipuan dan menjadi calo. Polisi yang bertugas di Polres Metro Jakarta Selatan tersebut diamankan petugas pada Senin (1/8/2016).
Ia dibekuk di area kantin Satpas SIM saat berniat membantu korbannya dalam proses pembuatan SIM.
Penulis : Akhdi Martin Pratama