TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hendrawan Supratikno mengatakan, partainya selalu menilai kepala daerah dari kinerja.
Apabila kinerja seorang kepala daerah memuaskan, ada semacam kewajiban politik bagi PDI-P untuk mengusungnya kembali dalam pemilihan kepala daerah (pilkada).
Adapun terkait Pilgub DKI Jakarta, PDI-P belum menutup pintu untuk mengusung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Hanya saja, PDI-P menyayangkan sikap Ahok yang dianggap sering marah-marah.
"Kalau saja Ahok tenang, tidak bikin ulah, tidak sibuk marah-marah, maka hampir pasti PDI-P akan mengusung kembali pasangan Agok-Djarot," ujar Hendrawan saat dihubungi, Kamis (11/8/2016).
Ahok, kata Hendrawan, berakrobat politik. Dari yang awalnya memusuhi parpol dan menolak maju Pilkada DKI lewat jalur parpol, justru memutuskan sebaliknya. Ahok ke pilkada didukung tiga parpol, yaitu Partai Golkar, Nasdem, dan Hanura.
"Tetapi, PDI-P tetap akan mengusung pimpinan DKI yang rendah hati, jujur, dan tidak merasa menjadi malaikat sendirian," ucapnya.
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengatakan, ada tiga opsi bagi partainya untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Ketiga opsi itu masih terus dibahas hingga akhirnya diputuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung.
"Opsi pertama adalah mendukung petahana Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan Pak Djarot (Djarot Saiful Hidayat)," kata Hasto di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2016) malam.
Hingga kini, PDI-P belum memutuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung pada Pilkada DKI Jakarta2017. Koalisi kekeluargaan yang digagas bersama enam partai lainnya juga masih tahap penjajakan.