TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan pemerintah dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melarang PNS dan pejabat menerima bingkisan parcel membuat pelaku usaha kecil menengah yang menggeluti bisnis ini meradang.
Banyak UKM parcel yang merugi, bahkan gulung tikar karena penjualan mereka merosot tajam sejak larangan itu berlaku beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini membangkitkan simpati para netizen dengan memberikan dukungan kepada UKM parcel di Indonesia, menjelang Idul Adha 1437 H dan Natal tahun ini.
Dukungan netizen terus bergulir dan tidak terbendung. Hingga Jumat (12/8/2016), dukungan terus berdatangan sampai menjadi trending topic di Twitter dengan tagar #SaveUKMParcelIndonesia.
Netizen menolak kebijakan larangan parcel karena dianggap mematikan pedagang parcel, terutama pedagang kecil dan UKM. Padahal, netizen mengganggap pemberian bingkisan atau parcel sudah menjadi tradisi dan tidak berniat buruk.
“Semoga UKM Parcel bisa terus menjalankan bisnisnya tanpa ada regulasi yang memberatkan#SaveUKMParcelIndonesia: tulis akun@Vicend22.
Sementara itu, pedagang parsel yang berjualan di Jalan Pegangsaan Timur, Cikini, Jakarta Pusat mengatakan terdapat penurunan omzet hingga 50 persen bila dibandingkan sebelum ada larangan dari pemerintah soal parcel.
"Saya sudah berdagang 20 tahun, setiap menjelang Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun baru, selalu menjual parcel. Penurunan terasa sejak ada larangan pejabat menerima parcel beberapa tahun lalu," kata Tries, salah satu pedagang parcel, di Jakarta, kemarin.
Tries mengatakan saat ini dia dan beberapa penjual lain hanya bergantung pada masyarakat umum yang membeli parcel, kebanyakan untuk kerabat atau saudara. Ada pula beberapa perusahaan swasta yang rutin memberikan parcel untuk rekan bisnisnya.
"Berjualan parcel sekarang tidak seperti dulu. Belum lagi kekhawatiran kalau kami tiba-tiba dilarang berjualan di sini. Padahal, sejak dulu pedagang parcel menjadi ikon untuk Cikini," tuturnya.
Hal senada diucapkan oleh Riyanti. Meskipun hanya menjaga dagangan milik orang lain, Riyanti mengaku sudah lama berjualan parcel.
"Sehari cuma ada lima hingga enam orang pembeli. Ada yang langsung beli ada juga yang pesan dulu. Kalau dulu, sehari bisa sampai 20 orang," katanya.
Terdapat berbagai macam jenis parcel yang dijual di kawasan tersebut, tepatnya di depan Stasiun Cikini. Selain parcel berisi makanan dan minuman kemasan, juga ada parcel berisi barang-barang pecah belah dan kaligrafi.