TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Agak sulit untuk membaca apakah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan mengusung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menyebut hal itu dengan mengacu sejarah PDIP.
Pada 2012 lalu PDIP bukanlah partai pemenang di DKI Jakarta.
Namun partai berlambang kepala banteng itu justru mencalonkan kadernya sendiri, yakni Joko Widodo alias Jokowi yang saat itu masih merupakan Wali Kota Solo.
Saat ini PDIP adalah partai pemenang pemilihan umum (Pemilu), dan punya suara terbanyak di Jakarta.
Namun PDIP justru digadang-gadang mendukung Ahok, yang bukan kader PDIP.
"Sekarang dia sedang memenangkan pemilu, dan logika saya mengatakan tidak mungkin partai pemenang tapi dia mendukung kader lain," ujar Siti kepada wartawan, di kantor PP. Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/9/2016).
Kebijakan PDIP sangat dipengaruhi oleh Ketua Umunnya, yakni Megawati Sukarnoputri, yang dikenal selalu memegang teguh ideologi partai.
Ia mengaku yakin Megawati tidak akan mengambil keputusan, hanya karena status petahana dan elektabilitas yang dimiliki Ahok.
"Argumen yang dikeluarkan Bu Mega dan elit mengatakan bahwa PDIP tidak sekedar menang kalah, tapi ada nilai nilai yang jadi ideologi partai," ujarnya.
Jika ternyata PDIP tetap mengusung Ahok, maka yang harus dipertimbangkan oleh partai tersebut adalah perlawanan atas keputusan tersebut.
Terutama dari internal partai yang kecewa, karena PDIP sebelumnya sudah menggelar penjaringan calon, dan Ahok tidak ikut proses tersebut.