TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Senior bidang Politik LIPI Syamsuddin Haris mengatakan nilai jual calon gubernur (cagub) dan wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta dinilai dari cara mengemas potensi yang dimiliki.
"Nilai jual akan dilihat dari bagaimana pasangan calon ini mampu mengemas modal dalam kinerja dan personality serta integritas," ujar Syamsuddin saat ditemui di Kedai Kopi Deli, Jalan Sunda, Jakarta Pusat, Selasa (27/9/2016).
Ia pun membandingkan dua sosok cagub yang siap menggempur sang petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam perebutan kursi DKI 1.
Syamsuddin menyebut lawan Ahok yang datang dari dunia pendidikan yakni Anies Baswedan memiliki kepribadian yang santun dan mudah dalam menyampaikan pendapat.
"Kalau Anies lebih pada santun dan kemampuan lainnya. Dia punya kelebihan dalam artikulasi menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan," jelasnya.
Menurutnya, sosok mantan Mendikbud RI tersebut sudah terbiasa bertutur kata teratur.
Modal lain yang dimiliki Anies yakni rasa simpatik yang bisa didapatkan melalui pengalaman yang diperoleh saat dikeluarkan dari jajaran kabinet Jokowi.
"Kalau Anies itu kan biasa bicara, dan dia juga punya sedikit modal dalam tanda petik dianggap sebagian pihak 'dizalimi' oleh pak Jokowi. Itu bisa sebagai modal yang dijual oleh pendukung pak Anies," jelasnya.
Peneliti politik tersebut pun beralih menganalisa cagub lainnya yang menjadi petarung Ahok pada pilgub 2017 mendatang yakni Agus Harimurti Yudhoyono.
Ia memaparkan, putra sulung presiden ke-6 RI tersebut tidak terbiasa untuk berpidato di depan umum.
Budaya kaku di dunia militer menempanya menjadi pribadi yang tegas dalam bertindak, namun kurang lihai dalam bertutur.
"Sementara Agus Yudhoyono, di militer itu tidak ada kultur untuk menyampaikan sesuatu," paparnya.
Lebih lanjut ia menegaskan eks Komandan Yonif Mekanis 203/Arya Kemuning tersebut harus meminta izin pada atasannya saat hendak berbicara di hadapan publik.
"Ia tidak terbiasa ngomong ke publik, karena harus meminta izin atasan dulu," tandasnya.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Launching Hasil Riset dan Diskusi Media yang digelar di Kedai Kopi Deli, Jalan Sunda, Jakarta Pusat, Selasa (27/9/2016).
Acara tersebut mendiskusikan tema 'Menuju DKI 2017: Kriteria Gubernur Pilihan Rakyat'.
Diskusi turut dihadiri oleh Direktur Eksekutif Riset Indonesia Toto Sugiarto dan Ketua Kode Inisiatif Veri Junaidi.
Namun tak disebut rinci seperti apa kelebihan dan kekurangan Ahok.