TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Deretan bangunan yang menghadap ke Sungai Ciliwung di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan, belum dibongkar oleh Pemkot Jakarta Selatan hingga Rabu (28/9/2016) malam.
Namun, rumah-rumah itu sebagian besar tak dihuni. Pada Rabu malam, rumah-rumah itu tampak hanya diisi barang-barang warga.
Seorang warga yang masih berada di salah satu rumah, Lina, mengatakan bahwa ia dan dua anak perempuannya takut jika harus bermalam tanpa listrik di sana.
Ia mengaku sudah mengontrak sebuah rumah di Depok. "Ngontrak saja saya, agak jauh, tetapi murah. Daripada di sini, mana tahu kita ada maling," kata Lina di rumahnya, Rabu (28/9/2016).
Lina mengatakan, sebagian besar tetangganya yang sama-sama menolak penggusuran juga telah mengontrak rumah.
Warga yang kurang mampu diungsikan ke sebuah rumah sewa di daerah Poncol, Senen.
Hal ini dibenarkan oleh sekumpulan pemuda dari Komunitas Ciliwung Merdeka.
Seorang anggota komunitas itu, Dede, mengatakan bahwa rumah sewa tersebut dibiayai oleh pendiri Ciliwung Merdeka, Sandyawan Sumardi.
Sementara itu, beberapa anggota Komunitas Ciliwung Merdeka masih bertahan di Bukit Duri. Mereka mengandalkan genset karena aliran listrik sudah diputus.
"Ya untuk warga kurang mampulah. Kalau kami di sini terus sampai ini rata semua, mungkin tiga hari," kata Dede.
Tak semua listrik mati di permukiman yang terkena penggusuran ini.
Listrik hanya mati di RT 05 dan 06 RW 12 Bukit Duri yang tersambung dengan aliran listrik dipo KRL Bukit Duri. Sementara itu, listrik RT 07 masih menyala karena berbeda sambungan.
Penulis: Nibras Nada Nailufar