TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan akan terus menjalankan kebijakan penggusuran permukiman yang ada di pinggir kali.
Ia mengaku tidak peduli jika keputusannya itu berdampak terhadap penurunan elektabilitasnya.
Pria yang biasa disapa Ahok ini mengaku menjalankan kebijakan penggusuran untuk menjalankan sumpah jabatannya membenahi Jakarta.
Ia menilai, penggusuran permukiman di pinggir kali merupakan bagian dari upayanya mengembalikan fungsi kali seperti semula.
"Kasih tahu saya caranya gimana sih kalau orang sudah uruk sungai dari 60 meter jadi 20 meter dan bikin rumah. Caranya gimana? Ya pindahin mereka ke rusun kan?" ujar dia di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (5/10/2016).
Menurut Ahok, penggusuran yang dilakukannya selalu disertai dengan relokasi warga yang terdampak ke rumah susun.
"Kalau rusunnya enggak siap ya enggak jalan. Kalau rusunnya siap saya dorong," ujar Ahok.
Survei yang digelar Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA menyatakan, tingkat elektabilitas dan kesukaan terhadap Ahok mengalami tren penurunan.
Ada empat penyebab yang disebut LSI menjadi penyebab menurunnya elektabilitas Ahok. Penyebab pertama adalah terkait kasus penggusuran di beberapa daerah di Ibu Kota, seperti Kampung Pulo, Kalijodo, dan Pasar Ikan.
"Soal kepilih enggak kepilih kan urusan kedua. Kalau saya cuma gara-gara mau terpilih ya buat apa kamu pilih saya jadi gubernur tapi sungai semua enggak rapi," ucap Ahok.
Penulis: Alsadad Rudi