TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rais Syuriah PBNI yang juga Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia KH. Masdar Farid Mas'udi mengajak semua kalangan untuk menjadikan momentum demokrasi pilkada dalam suasana damai dan penuh dengan keikhlasan.
Jangan sampai hanya karena perbedaan politik dalam memilih pemimpin kemudian merusak kebhinekaan. Apalagi, seseorang yang akan menduduki kekuasaan, termasuk dalam hal ini jabatan gubernur sejatinya merupakan kehendak Allah SWT, dimana seseorang maupun pendukungnya hanyalah sebatas berusaha dan berharap.
Hal itu dikatakan KH Masdar saat memberikan tausiah dalam acara Peringatan Hari Santri dan Deklarasi Pilbup DKI Jakarta Damai oleh Relawan Nusantara (RelaNU) dan Nahdliyin Jakarta, di Wisma Antara, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (21/10/2016) malam.
Dalam acara yang juga dihadiri Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Rais Syuriah PBNU KH. Ahmad Ishomuddin tersebut, hadir juga ratusan nahdliyin dan kaum muda NU Jakarta.
"Semua akan jadi kalau dikehendaki Allah. Sesungguhnya dalam proses perebutan kekuasaan, itu tidak boleh mutlak-mutlakan. Tidak harus yang namanya lawan harus dikalahkan. Karena ada faktor dimana Allah yang menghendaki. Allah yang memiliki kerajaan kekuasaan. Dan Allah berkuasa juga mencabut kekuasaan dari siapapun. Oleh karena itu, ketika ada pilkada, jangan berlebihan, jangan mutlak-mutlakan. Semua boleh berharap jadi, tetapi pada akhirnya akan kembali pada kehendak Allah," kata KH. Masdar.
Lebih baik, kata Masdar, momentum pemilihan ini dijadikan layaknya pertandingan pingpong yang bisa menghibur. Oleh sebab itu, tidak boleh habis-habisan dengan emosinya, apalagi sampai menyulut konflik.
"Sangat mahal kalau itu terjadi hanya karena memperebutkan sesuatu yang sebenarnya kekuasaannya bukan di kita. Jangan terlalu tegang, berusaha boleh, tetapi pasrahkan kepada Allah. Dia yang memberikan kekuasaan pada siapa pun yang dikehendaki," ujarnya.
Dan tentu saja, lanjut tokoh NU ini, kekuasaan sebagaimana diamanahkan dalam Alquran adalah amanah. Maka dari itu, yang terpenting jika memegang kekuasaan maka harus bisa menghadirkan keadilan dan tidak boleh diskriminatif.
"Sentimen kelompok keyakinan tidak boleh mencederai komitmen kita untuk bertindak adil. Kalau kalah jangan ngamuk. Jangan mengingkari takdir Allah," tukasnya.
Dengan sikap yang seperti itu, lanjut dia, maka siapapun yang menang nanti dan diberikan kekuasaan atas kehendak Allah, yang terpenting adalah bagaimana kekuasaan itu menghadirkan keadilan.
"Jangan hancurkan kebhinekaan kita hanya karena pertarungan kekuasaan. Ikhlaskan yang menjadi takdir Allah siapa yang menang nanti. Kita dukung agenda yang dipesankan Al-Quran yaitu pemenuhan keadilan dan hak-hak masyarakat yang lemah. Itulah yangharus jadi agenda kekuasaan," tuturnya.